BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana
diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya
konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada
tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur
tulang dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan
dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia
ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang
disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah
kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya
ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Banyak faktor
yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan vitamin
D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa
tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia. Konsumsi
kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang
umumnya terjadi pada dewasa, dapat menyebabkan osteomalasia, selain itu ganguan
pada sindroma malabsorbsi usus, penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga
menyebab terjadinya osteomalasia
Terjadinya
osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis. Pada saat sekarang
ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak,
dewasa atau pun orang tua
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan osteomalasia?
2. Apa
penyebab terjadinya osteomalasia?
3. Bagaimana
patofisiologi terjadinya osteomalasia?
4. Apasajakah
evaluasi disgnostic yang dilakukan untuk menentukan osteomalasia?
5. Bagaimana
penatalaksanaan pada pasien osteomalasia?
6. Bagaimana
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan osteomalasia?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui konsep dari
osteomalasia dan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan
osteomalasia
Tujuan Khusus
1. Mengetahui
definisi osteomalasia.
2. Mengetahui
penyebab dari osteomalasia.
3. Mengetahui
patofisiologi terjadinya osteomalasia.
4. Mengetahui
evaluasi diegnostik yang dilakukan untuk menentukan osteomalasia.
5. Mengetahui
penatalaksanaan pada pasien osteomalasia.
6. Mengetahui
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan osteomalasia.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Osteomalasia
adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya
mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut
rickets). Pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Pada
pasien ini, sejumlah besar esteoid atau remodeling tulang baru tidak mengalami
klasifikasi. Diperkirakan bahwa defek primernya adalah kekurangan vitamin D
aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinalis
dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan
ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak
dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang. Sebagai akibat kegagalan
mineralisasi, terjadilah pelunakan dan pelemahan kerangka tubuh, menyebabkan
nyeri, nyeri tekan, perlengkungan tulang, dan patah tulang patologik.
2.2 Etiologi
Ada
berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme
mineral. Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet,
malabsorbsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan
berkepanjangan (fenitoin, fenobarbital), dan kekurangan vitamin D (diet, sinar
matahari).
Tipe
malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium yang
jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi matangnya makanan dan kurangnya
pengetahuan mengetahui nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering
terjadi di bagian dunia yang mana vitamin D tidak tidak ditambahkan dalam
makanan sehingga terjadi kekurangan dalam diet, serta daerah yang jauh dari
matahari.
2.3
Patofisologi
Osteomalasia
kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi calsium atau
kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya
absorbsi lemak menyebabkan osteomalasi melaui kehilangan vitamin D (bersama
dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan kalsium, kalsium diekskresikan
melalui feses dalam kombinasi dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit
seliak, obstruksi traktus biliaris kronik, pancreatitis kronik, dan reseksi
usus halus.
Gagal
ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk
menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus menyebabkan pelepasan
kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan pH fisiologis.
Selama pelepasan kalsium skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan
kista tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi, dan keracunan logam
berat mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.
Selain
itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D, karena
keduanya merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif.
Akhirnya. Hiperparatiroidisme dekalsifikasi skelet, dan osteomalasia dengan
peningkatan ekskresi fosfat dalam urine.
Umumnya
gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah nyeri tulang dan nyeri tekan
tulang. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan
otot. Pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.
Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan
bentuk thoraks (kifosis). Sacrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis
tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis
yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada wanita hamil
yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko
jatuh dan fraktur.
2.4 Evaluasi Diagnostik
Pada
sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan
adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas. Pemeriksaan
laboratorium memperlihatkan kadar kalsium dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Kalsium urin dan ekskresi kreatinin
rendah. Biopsy tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.
2.5 Penatalaksanaan
Bila osteomalasia
akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan dit kaya protein, kalsium, dan
vitamin D tinggi.
Suplemen vitamin D
harus diresepkan. Vitamin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor
dalam cairan ekstrasel dan maka akan tersedia ion kalsium dan fosfor untuk
mineralisasi tulang.
Bila osteomalasia
diakibatkan oleh malabsorpsi, penambahan dosis vitamin D selain suplemen
kalsium diresepkan. Pemajanan sianar matahari sebagai radiasi UV untuk
mentransformasi bahan kolesterol (7-dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit
menjadi vitamin D perlu dianjurkan.
Sering, masalah
skelet yang berhubungan dengan osteomalasia sembuh sendiri bila kekurangan
nutrisi atau proses patologis yang mendasarinya telah ditangani secara adekuat.
pemantauan jangka panjang psien perlu dilakukan untuk meyakinkan stabilisasi
atau kekambuhan osteomalasia. Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin
perlu ditangani oleh pembedahan (dapat dilakukan osteotomi atau mengoreksi
deformitas tulang panjang).
2.6 Asuhan Keperawatan pada Osteomalasia
1.
Pengkajian
Pasien dengan osteomalasia biasanya sering
mengeluh nyeri tulang pada punggung bawah dan ekstremitas disertai dengan nyeri
tekan. Gambaran dari ketidaknyamanan masih samar-samar, pasien mungkin datang
dengan fraktur. Selama wawancara, informasikan tentang masalah yang nyata
terdapat sehubungan dengan penyakitnya (sindrom malabsorbsi) dan kebiasaan diet
dapat diketahui.
Pada pemeriksaan fisik, di dapatkan
deformitas skelet, deformitas vertebrae, dan deformitas lengkungan tulang
panjang mungkin memberikan ketidakbiasaan penampilan pada pasien dan cara
berjalan seperti bebek. Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa tidak
nyaman dengan penampilannnya.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian data, diagnosa
keperawatan utama yang mungkin terjadi, termasuk dibawah ini :
a.
Nyeri berhubungan dengan
nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.
b.
Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.
c. Gangguan
konsep diri berhubungan dengan tungkai melengkung, cara berjalan seperti bebek,
dan deformitas vertebra.
3.
Intervensi
a.
Nyeri berhubungan dengan
nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.
Hasil yang diharapkan menurut NOC
Tingkat
kenyamanan, kontrol nyeri, tingkat nyeri
Contoh hasil NOC dengan Indikator
Tingkat
rasa sakit yang dibuktikan dengan indikator berikut: nyeri dilaporkan / panjang
episode nyeri / mengerang dan menangis / ekspresi wajah nyeri (tingkat hasil
dan indikator tingkat nyeri: 1 = parah, 2 = substansial, 3 = sedang, 4 = ringan
, 5 = tidak ada.
Klien
hasil
Klien
akan (menentukan kerangka waktu)
Bagi
klien yang mampu memberikan laporan diri
·
Gunakan alat laporan nyeri diri untuk
mengidentifikasi tingkat nyeri saat ini dan menetapkan tujuan fungsi kenyamanan.
·
Laporkan bahwa nyeri rejimen manajemen
mencapai tujuan kenyamanan fungsi tanpa efek samping
·
Menjelaskan metode non farmakologi yang
dapat digunakan untuk membantu mencapai tujuan fungsi kenyamanan
·
Melakukan kegiatan pemulihan atau ADL
mudah
·
Jelaskan bagaimana tahap pengelolaan
nyeri
·
Kemampuan negara untuk mendapatkan
jumlah yang cukup istirahat dan tidur
·
Beritahu anggota dari tim perawatan
kesehatan segera untuk tingkat nyeri yang lebih besar dari tujuan fungsi
kenyamanan, atau efek samping
Bagi
klien yang tidak mampu memberikan laporan diri
·
Mengurangi dalam perilaku nyeri terkait
·
Gunakan penilaian klinis untuk
mengevaluasi efektivitas intervensi jika klien tidak mampu untuk menunjukkan
perilaku
·
Melakukan kegiatan pemulihan atau ADL
mudah sebagaimana ditentukan oleh kondisi klien
·
Menunjukkan adanya nonopioid efek
analgesik opioid atau yang merugikan
NIC
(Klasifikasi Intervensi dalam keperawatan)
Intervensi yang disarankan oleh NIC:
Administrasi analgesik, manajemen nyeri,
pasien-dikendalikan dengan bantuan analgesia (PCA)
Contoh
NIC kegiatan-nyeri manajemen
Yakinkan bahwa klien menerima perawatan
analgesik perhatian, melakukan penaksiran komprehensif sakit untuk memasukkan
lokasi, karakteristik, onset / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
Intervensi
Keperawatan dan Rasional
·
Kaji tingkat nyeri pada klien
menggunakan laporan diri yang valid dan dengan alat nyeri yang dapat diandalkan
seperti tingkat nyeri pada skala 0-10. Langkah pertama dalam penaksiran nyeri
adalah untuk menentukan apakah klien dapat memberikan laporan diri. Minta klien
untuk menilai tingkat rasa sakit atau pilih deskriptor intensitas nyeri
menggunakan laporan alat nyeri yang valid dan dapat diandalkan (Breivik dkk,
2008; pasero et al, 2009). EBN: tingkatan
nyeri tunggal dimensi sikap keperawatan dan keyakinan tentang penilaian
nyeri mengungkapkan bahwa penggunaan efektif skala penilaian nyeri sering
ditentukan oleh sikap pribadi perawat tentang efektivitas (Layman-Young, Horton
& davidhizar, 2006).
·
Minta klien untuk menggambarkan
pengalaman nyeri sebelumnya, efektivitas intervensi manajemen nyeri, respon
terhadap obat analgesik termasuk kejadian efek
merugikan dan kekhawatiran tentang rasa sakit dan pengobatannya
(misalnya, takut tentang kecanduan, kekhawatiran atau kecemasan) dan kebutuhan
informasi. EBN: memperoleh sejarah nyeri , membantu untuk mengidentifikasi
faktor-faktor potensial yang dapat mempengaruhi kesediaan klien untuk
melaporkan nyeri, serta, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intensitas
nyeri, respon klien terhadap nyeri, kecemasan, dan farmakokinetik dari
analgesik et (Kalman al 2003; Deane & smith, 2008; Dunwoody et al, 2008)
·
Menjelaskan efek samping pada rasa sakit tak henti-hentinya. EBN: nyeri
akut tak henti-hentinya dapat memiliki konsekuensi pada fisiologis dan psikologis yang memfasilitasi
hasil klien negatif. Pengelolalaan nyeri
akut memiliki potensi untuk perubahan neurohumoral yang tidak efektif ,
remodcling neuronal, berdampak pada fungsi imun, dan tekanan fisiologis,
psikologis, dan emosional yang lama dan
dapat menyebabkan sindrom sakit kronis (brennan, mobil & sepupu, 2007;
Dunwoody et al, 2008 , evans et al, 2009).
·
Jika klien tidak dapat memberikan
laporan diri, 1) mempertimbangkan kondisi klien dan mencari kemungkinan
penyebab nyeri (misalnya, adanya cedera jaringan kondisi patologis, atau
paparan prosedur / intervensi yang biasanya mengakibatkan nyeri);. 2 )
mengamati untuk perilaku yang dapat mengindikasikan adanya nyeri (misalnya,
ekspresi wajah, menangis, restlesness dan perubahan dalam aktivitas), 3)
mengevaluasi indikator fisiologis, dengan pemahaman bahwa ini adalah indikator
sensitif paling nyeri dan dapat berhubungan dengan kondisi lain yang nyeri (e,
g., syok, hipovolemia, kecemasan), dan 4) melakukan uji coba analgesik. Tidak
adanya perilaku dianggap indikasi rasa sakit bukan berarti bahwa rasa sakit tidak ada (pasero &
McCaffery, 2005) EBN: perilaku tertentu telah terbukti menjadi indikasi rasa
sakit dan digunakan untuk menilai nyeri pada klien yang tidak dapat menggunakan
laporan diri dengan alat nyeri (misalnya, klien gangguan kognitif) (Puntillo et
al, 2004; Puntillo et al, 2009). Namun, perilaku bervariasi antar individu, dan
perilaku yang dapat menunjukkan rasa sakit di satu klien mungkin tidak
menunjukkan rasa sakit bagi orang lain. Seorang pengganti yang tahu klien
mungkin dapat memberikan informasi tentang patologi rasa sakit yang mendasari
dan perilaku khusus untuk klien yang mungkin merasa nyeri (pasero, 2009a).
penaksiran nyeri harus dibakukan dan harus memperhitungkan kemampuan kognitif,
kondisi sakit yang mendasari atau
prosedur, tingkat ketakutan atau kecemasan, dan kemampuan klien untuk
memberikan laporan diri (herr et al, 2006; Pasero et al, 2009).
·
Mencegah kemungkinan adanya nyeri selama
prosedur dilakukan (venipuncture
misalnya, pada saat pemasangan tusukan tumit, dan kateter intravena perifer).
Menggunakan anestesi lokal topikal atau intravena sebagaimana ditentukan oleh
status klien individual dan kebutuhan.penempatan kateter intravena adalah salah satu prosedur yang menyakitkan
yang paling umum dilakukan pada semua usia dan pengaturan perawatan kesehatan,
seringkali tanpa obat bius (Valdovinos
et al, 2009). EBN: topikal anestesi krim dapat menurunkan venipuncture dan
nyeri IV penyisipan signifikan (Fetzer 2002, Brown, 2009; Valdovinos et al,
2009).
·
Administrasi opioid oral atau intravena
(IV) seperti yang diperintahkan. Menyediakan PCA, infus perineural, dan
intraspinal analgesia seperti yang diperintahkan, bila perlu dan tersedia. Rute
invasif administrasi yang mampu memberikan kontrol nyeri yang memadai
dianjurkan. Rute IV disukai untuk kontrol cepat sakit parah. Untuk rasa sakit
yang konstan (diharapkan akan hadir sekitar 50% dari hari), mengelola setiap
opioid 4 jam (berdasarkan waktu paruh) sekitar-the-clock (ATC) (DeSandre &
Quest, 2009). Untuk nyeri intermiten atau terobosan, dosis prn sesuai (Pasero,
2003a, Pasero & Mc Caffery, 2007; APS, 2008). EBN: Pasien dikontrol dalam
pemberian analgesia lebih efektif dalam mengontrol rasa sakit dari on-demand IM
suntikan (Chang, Ip, & Cheung, 2004; Bainburidge, Martin, & Cheng,
2006).
·
Hindari pemberian obat anti nyeri
intramuskular (IM). Suntikan IM akan terasa sakit, suntikan IM dapat menyebabkan abses steril dan fibrosis
otot dan jaringan lunak. Suntikan IM juga dapat menyebabkan cedera saraf dengan
pin neuropatik kronis (APS, 2008). EBN: pasien diberikan analgesia agar lebih
efektif dalam mengontrol rasa sakit dari suntikan IM (Chang, Ip, & Cheung,
2004).
·
Diskusikan tentang ketakutan klien
terhadap nyeri, overdosis, dan kecanduan. Karena banyak kesalahpahaman tentang
rasa sakit dan pengobatannya, pendidikan tentang kemampuan untuk mengontrol
rasa sakit secara efektif dan koreksi mitos
tentang penggunaan opioid harus dimasukkan sebagai bagian dari rencana
perawatan. Kecanduan tidak mungkin terjadi ketika klien menggunakan opioid
untuk manajemen nyeri (McCaffery, Pasero, & Portenoy, 2004, APS, 2008;
DeSandre & Quest, 2009). EBN: Klien sering memendam kecemasan realistis dan
kesalahpahaman tentang penggunaan opioid, risiko kecanduan, dan pengelolaan
efek samping (Brennan, Carr, & Cousins, 2007).
·
Tinjau tingkat nyeri klien dan laporan
catatan obat untuk mengevaluasi efektivitas penghilang rasa sakit, sebelumnya
24-jam persyaratan opioid, dan terjadinya efek samping. EBN: pelacakan
sistematis rasa sakit merupakan faktor penting dalam meningkatkan manajemen
nyeri dan membuat penyesuaian rezim manajemen nyeri (Faries et al, 1991). Jika
rasa sakit konstan, dosis yang segera
untuk melepaskan opioid harus diberikan setiap 4 jam ATC. Jika rasa sakit tetap
terkendali setelah 24 jam, tingkatkan dosis rutin dengan jumlah yang sama dengan
dosis total opioid yang diberikan selama 24 jam sebelumnya, atau sebesar 25%
sampai 50% dari nyeri ringan dan nyeri sedang, dan 50% sampai 100% untuk nyeri
berat (NCI, 2007).
Pediatrik
·
Seperti pada orang dewasa, gunakan
intervensi non farmakologi untuk
melengkapi, bukan menggantikan intervensi
farmakologis. EBN: terapi pelengkap seperti relaksasi. Gangguan, hipnotik,
terapi seni, dan citra mungkin memainkan peran penting dalam manajemen nyeri
holistik (Lassetter, 2006; Golianu et al, 2007; APS, 2008, Bouza, 2009; lago et
al, 2009) intervensi non farmakologi dapat mengurangi prosedur yang berhubungan
dengan distress (APS 2008)
Multicultural
·
Menilai untuk efek fatalisme pada
keyakinan klien mengenai keadaan rasa nyaman. EBN: perspektif fatalistik, yang
melibatkan keyakinan bahwa seseorang tidak dapat mengendalikan nasib sendiri,
dapat mempengaruhi perilaku kesehatan dalam beberapa Penduduk Amerika dan Latin
Afrika (Ward et al, 2008)
·
Gunakan pendekatan berpusat keluarga
untuk merawat EBN: melibatkan keluarga dalam perawatan manajemen nyeri dapat meningkatan
kepatuhan terhadap pengobatan regimen (juarez, Ferrell & borneman, 1998).
·
Menggabungkan aman dan
efektif praktek perawatan kesehatan rakyat dan keyakinan dalam perawatan bila
memungkinkan. itu adalah tanggung jawab pengasuh untuk memastikan bahwa
manajemen nyeri aman dan efektif disediakan. walaupun dukungan dari keyakinan
perawatan kesehatan individu dianjurkan, ketika penelitian tidak mendukung
keamanan atau efektivitas suatu metode atau ketika penelitian tidak ada, ini
harus dijelaskan secara penuh kepada klien (McCaffery, 2002). EBN:
menggabungkan kepercayaan rakyat perawatan kesehatan dan praktik dalam
perawatan sakit manajemen meningkatkan kepatuhan dengan rencana perawatan
(Juarez, Ferrell, & Borneman, 1998).
b.
Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.
Faktor yang terkait
Kognitif keterbatasan, informasi salah
tafsir, kurangnya paparan, kurangnya minat belajar, kurangnya recall, pahaman dengan sumber
informasi.
NOC (Nursing Hasil Klasifikasi)
Disarankan NOC Hasil
Pengetahuan, diet, proses Penyakit, konservasi energi, Perilaku Kesehatan,
Sumber Daya Kesehatan, Manajemen infeksi, Obat,
Keselamatan Pribadi, ditentukan aktivitas, Pengendalian Zat Penggunaan, treatmen
Prosedur, treatmen Rejimen.
Contoh Hasil NOC dengan
Indikator
Pengetahuan: Kesehatan Perilaku yang dibuktikan dengan indikator berikut; Sehat gizi
praktek / manfaat
kegiatan dan latihan / penggunaan yang aman dari obat resep dan nonprescription
(Tingkat hasil dan
indikator pengetahuan, Perilaku
Kesehatan, 1 pengetahuan
ada, 2 pengetahuan
terbatas,.. 3. Moderat
pengetahuan, 4 pengetahuan
substansial,. 5. pengetahuan
yang luas.
Kriteria Hasil:
Klien akan:
• Jelaskan keadaan penyakit, mengakui kebutuhan obat-obatan,
dan memahami pengobatan.
• Menjelaskan alasan untuk
terapi / pengobatan pilihan
•Memasukkan pengetahuan rejimen kesehatan ke dalam gaya hidup.
• Negara kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk mengelola situasi kesehatan dan tetap memegang kendali kehidupan.
• Menunjukkan bagaimana melakukan prosedur yang berhubungan dengan kesehatan
memuaskan.
• Daftar sumber daya yang dapat digunakan untuk informasi lebih lanjut
atau dukungan setelah debit.
Disarankan Intervensi NIC.
Pengajaran, Proses penyakit, individu,
Fasilitasi Belajar.
Contoh Kegiatan-Pengajaran: Proses
Penyakit.
Diskusikan
terapi / pengobatan pilihan: menggambarkan alasan di balik manajemen / terapi /
pengobatan recomendation.
Intervensi keperawatan dan rasional.
Multicultural
• Akui perbedaan ras / etnis pada awal perawatan EBN: Tampilkan hormat, akui perbedaan etnis menunjukkan sensitivitas dan kesadaran diri untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan dan mempromosikan
• Akui perbedaan ras / etnis pada awal perawatan EBN: Tampilkan hormat, akui perbedaan etnis menunjukkan sensitivitas dan kesadaran diri untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan dan mempromosikan
hasil
pengobatan (karat pada al 2006).
• Menilai untuk
pengaruh keyakinan budaya, norma, dan nilai-nilai pengetahuan dasar klien.
EBN = keyakinan
terhadap penyakit panduan perilaku kesehatan (Russels 2006).
• Kaji untuk
budaya / etnis perawatan diri EBN = rakyat dan pengobatan rumah dapat
berinteraksi dengan obat-obatan dan pengobatan (Russell 2006).
Home Care
• Menilai untuk
daerah tertentu dari pembelajaran yang memiliki potensi untuk respon emosional
yang kuat oleh klien atau keluarga / pengasuh. EBN: menghadiri untuk perawatan
fisik dan gagal untuk menilai untuk marabahaya di klien dan perawat keluarga
dapat mempengaruhi hasil kesehatan dan kualitas hidup (madden 2006)
c.
Gangguan konsep diri
berhubungan dengan tungkai melengkung, cara berjalan seperti bebek, dan
deformitas vertebra.
Hasil
yang diharapkan menurut NOC:
Self
- Esteem, Menjadi pribadi yang baik, Penyesuaian Perubahan Hidup Psikososial
Contoh
Hasil NOC dengan indicator
Self
- Esteem yang dibuktikan dengan indikator berikut. Verbalizations dari
self-acceptance/open komunikasi / Tingkat kepercayaan / Deskripsi kebanggaan
dalam diri (Tingkat hasil dan indikator dari Self-Esteem: 1 = tidak pernah 2 =
jarang positif positif, 3 = kadang-kadang positif, 4 = sering positif, 5 =
positif yang konsisten
Kriteria
Hasil
Klien
akan:
•
Kesediaan negara untuk meningkatkan konsep diri
•
Kepuasan Negara dengan pikiran tentang diri, rasa kelayakan, kinerja peran,
citra tubuh, dan identitas pribadi.
•
Menunjukkan tindakan yang kongruen dengan perasaan dan pikiran diungkapkan
•
Keyakinan Negara pada kemampuan
•
Menerima kekuatan dan keterbatasan.
NIC
(Nursing Intervensi Klasifikasi)
Peningkatan
Harga Diri
Contoh
NIC Kegiatan-Peningkatan harga diri
Dorong
pasien untuk kekuatan identitas, Membantu pasien dalam menetapkan tujuan yang
realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi.
Intervensi
keperawatan dan Alasannya
·
Menilai dan mendukung kegiatan yang
mempromosikan perkembangan konsep diri. EBN:. Sosial supprot, harga diri dan
optimisme semua positif berhubungan dengan praktik kesehatan positif
(Mc-Nicholas 2002).
Pediatric
·
Menilai dan memberikan rujukan ke
kesehatan profesional mental untuk klien dengan kekhawatiran yang belum terselesaikan
terkait dengan terorisme. EBN: The National Association of Pediatric Nurse
Praktisi (NAPNAP) memulai kampanye nasional baru entitiled Jauhkan Anda
childern / Diri aman dan aman (KySS). Intervensi sangat dibutuhkan untuk
membantu anak dan remaja dalam menghadapi banyak stres yang berhubungan dengan
tumbuh di masyarakat saat ini (Melnyk et al, 2002).
·
Memberikan program berbasis sekolah
alternatif untuk ibu hamil dan pengasuh anak. EBN: perempuan yang menghadiri
program ini mengembangkan hubungan erat dengan rekan-rekan mereka dan
guru-guru. Banyak dari mereka mengalami keberhasilan akademik untuk pertama
kalinya dan melaporkan bahwa kehamilan dan ibu yang akan datang memotivasi
mereka untuk berbuat lebih baik di sekolah
(Tombak, 2002)
Geriatrik
·
Mendorong klien untuk mempertimbangkan
program dukungan berbasis web ketika mereka berada dalam situasi pengasuhan.
EBN: mendorong klien untuk mempertimbangkan program dukungan berbasis web
ketika mereka berada dalam situasi pengasuhan dalam studi perawat klien dengan
stroke, para pengasuh datang bersama-sama dan memberikan dukungan satu sama
lain melalui program dukungan berbasis web
(Pierce, Steiner, & Govoni 2004).
·
Memberikan informasi tentang petunjuk di
awal. EBN: dalam hal ini orang tua studi menyatakan bahwa waktu optimal untuk
perencanaan perawatan di awal selama periode kesehatan. Mereka siap dan
bersemangat untuk membahas perencanaan sebelumnya (Malcomson & Bisbee,
2009).
Multicultural
·
Hati-hati menilai setiap klien dan
memungkinkan keluarga untuk berpartisipasi dalam memberikan perawatan yang
diterima berdasarkan keyakinan budaya klien. EBN: hasil penelitian ini
memberikan kontribusi pada pengetahuan penting tentang praktik keperawatan peka
budaya. Pemahaman tentang penderitaan klien yang dibentuk oleh nilai-nilai
budaya tradisional membantu perawat empati berkomunikasi dengan cara yang peka
budaya untuk memfasilitasi hubungan terapeutik dan hasil klinis. (Hsiao, 2006).
·
Memberikan dukungan untuk
kesehatan-mempromosikan perilaku dan konsep diri untuk klien dari budaya yang berbeda. EBN: dalam sampel
kenyamanan, analisis regresi menunjukkan bahwa identitas internalisasi tahap
ras dan harga diri berkontribusi pada perbedaan dalam kesehatan-mempromosikan
gaya hidup (johnson, 2002)
·
Menggunakan pendekatan berpusat pada
keluarga untuk perawatan. EBN: melibatkan keluarga dalam perawatan nyeri
manajemen meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan (Juarez, Ferrell,
& Borneman.1998)
·
Menggunakan skala nyeri budaya relevan
dengan nyeri menilai di klien. EBN: Klien dari budaya minoritas dapat
mengekspresikan nyeri berbeda dari klien dari budaya mayoritas. The Faces Sakit
Skala-Revisi terbukti lebih disukai daripada lainnya laporan diri alat nyeri
Peringkat pada orang dewasa yang lebih tua minoritas (Jowers-Ware, 2006). Skala
Oucher tersedia dalam cversions Amerika dan Hispanik Afrika dan digunakan untuk
menilai nyeri pada anak-anak (Beyer et al, 2003). Berbagai instrumen penilaian
nyeri yang tersedia untuk digunakan dengan kelompok budaya dan etnis yang
berbeda-beda tetapi alat harus dievaluasi untuk reliabilitas dan validitas
untuk dan lintas budaya (Davidhizar & Giger, 2004).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteomalasia
adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral
dari tulang(menyerupai
penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa,
osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak
separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan
tulang sudah lengkap (komplit)
Osteomalasia
terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.Penyakit malabsorbsi
,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan terjadinya
osteomalasia
Adapun tanda
dan gejala dari osteomalasia ini adalahnyeri tulang dan kelemahan. Sebagai
akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien
kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah..Nyeri tulang
yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan
paha .Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan
kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien
dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya
3.2 Saran
Kita sebagai tenaga
kesehatan yang lebih tau tentang kesehatan dapat menerapkan hidup sehat dengan makan
makanan yang bergizi dan cukup vitamin D agar tidak terjadi osteomalasia dan
kita dapat menerapkannya pada masyarakat dengan memberikan contoh pada mereka
serta memberitahukan pada masyarakat akibat dari kurangnya gizi terutama
vitamin D agar tidak terjadi osteomalasia.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley Betty, Ladwig Gail.2010.Nursing Diagnostic
Handbook Ninth Edition.Mosby Elseiver
Suddath
Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar