ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengertian Bayi Prematur
Prematuritas adalah neonatus dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
berat badan untuk masa kehamilan.
Etiologi dan Ciri-ciri Bayi
Prematur
Lebih dari 30% penyebab premature
tidak diketahui. Faktor-faktor yang bisa jadi penyebab antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor ibu.
Penykit pada ibu: pre-eklampsi/eklampsi, HAP, Diabetes,nefritis akut, usia ibu
<16 tahun atau >35 tahun, perokok, peminum, incompetent serviks, dan sebagainya.
2. Faktor janin.
Hidramion, ketuban pecah dini, gemelli, kelainan kromosom, dan sebagainya.
3. Faktor lain.
Tingkat kehidupan sosial ekonomi yang rendah, gizi yang kurang, terkontaminasi
dengan zat-zat beracun, pemeriksaan antenatal yang sangat minim, trauma
antenatal, plasenta previa, dan sebagainya.
Cirri-ciri bayi premature
1. Berat
badan <dari 2500gr, panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala kurang
dari 33cm, lingkar dada kurang dari 30cm.
2. Masa
gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kepala
lebih besar daripada badan.
4. Kulit:
tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga,
dan lengan.
5. Lemak
subkutan kurang.
6. Otot
hipotonik lemah.
7. Reflex
tonus otot masih lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum
sempurna.
8. Tulang
rawan dan daun telinga immature (elastic daun telinga masih kurang sempurna).
9. Pernapasan
tak teratur bisa terjadi apnea(gagal napas).
10. Ekstremitas:
paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus.
11. Kepala
tidak mampu tegak.
12. Pernapasan
sekitar 45-50kali/menit, dan frekuensi nadi 100-140/menit.
13. Sering
anemia.
14. Genetalia
belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labia mayora dan pada
laki-laki testis belum turun.
15. Garis
pada telapak kaki belum jelas dan kulit teraba halus.
Penyakit dan Masalah yang Sering Terjadi
Pada Bayi Prematur
1. Sindrom
distress pernapasan, disebut juga HMD, karena pada stadium akhir akan terbentuk
membrane hialin yang melapisi alveolus paru. RDS sering terdapat bayi premature
karena pembentukan surfaktan yang belum sempurna, dimana jumlah dan bentuknya
sempurna pada masa gestasi 36 minggu.
2. Aspirasi
pneumonia: keadaan ini disebabkan karena reflex menelan dan batuk pada bayi
premature belum sempurna.
3. Perdarahan
intraventrikular: yaitu perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral,
biasanya terjadi bersamaan dengan terbentuknya membrane hialin di paru-paru.
4. Fibroplasia
Retrolental atau ROP (retinopaty of prematurity), disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan yang dikonsumsi oleh bayi premature.
5. Hiperbilirubinemia,
keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi premature yang belum matang
sehingga kerja sirkulasi enterhepatik yang belum sempurna.
6. Hipotermi/hipertermi,
Karena system pengontrolan suhu belum stabil.
Masalah
yang mungkin timbul pada bayi premature
1. Fungsi
Respirasi
Pada bayi premature
memiliki kesulitan dalam transisi kehidupan antara intra uterin dan ekstra
uterin, hal tersebut disebabkan antara lain:
a. Jumlah
alveoli yang berfungsi masih sedikit,
b. Defisien
tingkat surfaktan,
c. Kecilnya
lumen pada respiratory system,
d. Lemah
atau tak ada reflek,
e. Belum
sempurnanya aliran darah di paru-paru,
f. Potensial
terjadi kollap dan obstruksi pada saluran pernafasan
2. Fungsi
Kardiovaskuler
Fungsi kardiovaskuler
yang belum optimal yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, lambatnya
capiller refill (>3detik), hypovolemik dan shock.
3. Suhu
Tubuh
Kehilangan panas tubuh
merupakan faktor terpenting pada bayi karena permukaan tubuh yang tidak sesuai
dengan berat badan. Bila panas tubuh hilang atau berkurang maka lemak tubuh
akan terpakai untuk menaikkan suhu tubuh, maka berat badan semakin menurun.
Bayi premature masih
sulit untuk pengaturan suhu di dalam otaknya, dimana pengaturan suhu di otak
untuk menciptakan NTE (Neutral Thermal Environment) di dalam suhu lingkungan
terdapat oksigen minimal, tetapi adekuat untuk mengatur suhu tubuh. Perlu
diperhatikan agar bayi jangan kehilangan panas secara konveksi, konduksi,
evaporasi, dan radiasi. Bayi dapat diletakkan dalam isolette untuk beradaptasi
dengan NTE.
4. Fungsi
Sistem Syaraf Sentral
Pada bayi premature,
susunan syaraf pusat mudah terkena injury, seperti:
a.
Perdarahan karena pembuluh darah yang
mudah pecah,
b.
Kegagalan proses koagulasi, termasuk
panjangnya waktu pembekuan darah,
c.
Hypoglikemi,
d.
Trauma lahir dengan kerusakan pada
struktur yang masih immature,
e.
Anoksia.
Tanda
keadaan neurologic abnormal, menurut Fanaroff & Martin (1997) adalah
hypotonia, penurunan aktivitas, menangis lemah lebih dari 24 jam, serta
ketidakmampuan menghisap dan menelan.
5. Infeksi
Bayi premature sangat
beresiko untuk terkena infeksi karena sedikitnya cadangan immunoglobulin dari
ibu, ketidakmampuan untuk membuat antibody, system integument masih immature,
dimana pembuluh darah dilindungi oleh kulit yang tipis.
Tanda dan gejala
infeksi:
a. Ketidakstabilan
suhu: hypotermi dan hypertermi.
b. Perubahan
CNS (central nervous system): letarghi dan irritability.
c. Perubahan
warna: sianosis, pucat dan jaundice.
d. Cardiovaskuler:
perfusi yang menurun, hypotensi, bradikardi/takikardi
e. Distress
pernapasan: tacipnea, apnea, retraksi, grunting.
f. Gastrointestinal
problem: intoleran feeding, vomiting, diare, hypoglikemi.
g. Asidosis
metabolic.
Perawatan pada Bayi Prematur
1. Pengaturan
Suhu Tubuh Bayi
Pada bayi premature
dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi <36,5oC
karena pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan tubuh relative luas. Oleh karena it, bayi perlu dirawat
dalam incubator (33oC-35oC) atau menggunakan metode
“kangguru”.
2. Intake
Alat pencernaan bayi
belum matang, masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum
matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5gr/kg berat badan da kalori 110Ka/kg
berat badan. Reflex menghisap masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit melalui sonde, sebaiknya diberi ASI karena merupakan
nutrisi yang paling sesuai.
Pemberian cairan
perparenteral disesuaikan dengan keadaan bayi sedang puasa atau tidak.
Permulaan cairan diberikan sekitar 10-20cc/kg berat badan perhari dan terus
dinaikkan mencapai sekitar 60-90cc/kg BB perhari.
3. Menghindari
Infeksi
Pada bayi premature
mudah sekali terjadi infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna, maka
perawatan butuh isolasi. Universal Precaution sangat diperhatikan dalam perawatan
bayi premature.
4.
Observasi Pernafasan
Seperti
pada bayi aterm, pengkajian awal dimulai dengan mengkaji fungsi pernapasan dan
mengamati kemampuan bayi untuk melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. Bayi prematur cenderung mengalami kesulitan dalam
melakukan transisi akibat berbagai penurunan pada sistem pernapasannya.
·
Penurunan jumlah alveoli fungsional.
·
Defisiensi kadar surfaktan.
·
Lumen pada sistem pernapasan lebih
kecil.
·
Jalan napas lebih sering kolabs dan
mengalami obstruksi.
·
Insufiensi klasifikasi tulang toraks.
·
Lemah dan tidak ada refleks gag.
·
Kapiler-kapiler dalam paru mudah rusak
dan tidak matur.
Secara berkombinasi, kekurangan ini
sangat menghambat usaha napas bayi dan mengakibatkan gawat napas atau apnea.
Petugas kesehatan perlu menyediakan oksigen dan ventilasi, bila diperlukan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
PREMATUR
1.
PENGKAJIAN
DASAR DATA NEONATUS
SIRKULASI
Nadi
apikal mungkin cepat dam atau tidak teratur dalam batas normal(120 -160dpm)
murmur jantung yang dapat didengar dapat menanadakan duktus arterious paten
(PDA).
MAKANAN/CAIRAN
Berat
badan < 2500 g (5 1b 8oz)
NEOROSENSORI
Tubuh
panjang, kurus , lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungarnya dengan tubuh, sutura mungkin mudah di gerakkan ,fontenetal mungkin
atau tidak terbuka lebar.dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar .
edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat( tergantung pada usia
gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi: roting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap ,menelan ,bernapas,
biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32; komponen pertama dari refleks
moro ( ekstasi lateral dari ektremitas atas dengan mebuka tangan ) tampak pada
gestasi minggu ke 28; komponen kedua ( refleksi anterior dan menangis yang
dapat di dengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.pemeriksaan dubowits
menandakan usia gestasi antra minggu 24 dan 37.
PERNAPASAN
Skor
agar mungkin rendah .
Pernapasan
mungkin dakal, tidak terutur; retraksi diafragmatik intermirten atau periodik
(40-60x/mnit)
Mengorok,
pernafan cuping hidung, retraksi superasternal atau substernal, atau berb agai
drajat sianosis mu ngkin ada.
Adanya
bunyi “ampelas” pada auskultasi , menandakan sindro distres pernafasan(RDS).
KEAMANAN
Suhu
berfluktuasi dengan mudah .
Menagis
mungkin lemah.
Wajah
mungkin memar; mungkin ada suksedaneum.
Kulit
kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah muda/ kebiruan,
akrosianosis, atau sianosis/pucat.
Lanugo
terdistribusi secara luas di seluruh tubuh.
Ekstremitas
mungkin tamapak edema.
Garis
telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada pada semua atau sebagian tepak.
Kukumungkin
pendek.
SEKSUALITAS
Persalinan
atau kelahiran mungkin tergesa-gesa.
Genetalia;labia
minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayor dengan klitoris menonjol;
Testispria
mungkin btidak turun, rugea mungkin banyak atau tidak ada pda skrotum.
PENYULIHAN/PEMBELAJARAN
Riwayat
ibu dapat menunjukan faktor-faktor yang memperberat persalinan praterm, seperti
usia muda; latar belakang sosial ekonomi rendah; rentang ke hamilan
dekat;gestasi meliputi multipel; nutrisi buruk; kelahiran pratrem
sebbelimnya;komlikasi obstetrik seperti absropsio plasentae, ketuban pecah
dini, dilatasi serviks prematur, adanya infeksi; inkompatibilits darah
berhubungan dengan eritroblastosis fetalis; penggunaan obat yang di resapkan,
di jual bebas atau obat jalanan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pilihan
tes yang di perkirakan tergantug padda adanya masalah dan koplkasi sekinder.
Studi cairan amniotik : untuk rasia lesetin terhadap sfingofielin , profil paru
janin, dan fosfatidigliserol / fosfatidilinositol mungkin telah di lakukan
selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.
Jumlah
darah lengkap : penurunan pada hemoglobinhematokrit mungkin di hubungkan dengan
anemia atau kehilangan darah . sel darah putih mungkin kurang dari 10.000/mm3
dengan pertukaran ke kiri ( kelebihan didni dari netrofil dan pita), yang
biasanya berhubungan dengan penyakit bakteri berat.
Dekstrostik:
menyatakan hipoglekimia. Tes glukosa serum mungkin di perluan bila hasil
dekstrostik kurang dari 45mg/ml.
Kalsum
serum: mungkin rendah.
Elektrolit
: biasanya dalam btas normal pada awalnya.
Golongan
darah:dapat menyebankan potensial inkompetibilitas ABO.
Penentuan
Rh dan comb langsung (bila ibu Rh-negatif dan ayah Rh-positif) : menet ukan
inkompatibilitas.
Gas
darah arteri (GDA): PO2 mungkin rendah : pco2 mungkin meningkat dan menunjukan
asidosis ringan , spesis ,atau kesulitan nafas yang lama.
Laju
sidemintasi eritrosit : meningkat menunjukaan respon inflamasi akut penurunan
ESR menujukan resolusi inflamasi.
Protein
C_ kreatif(beta globulin ): ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya
prosis radang infeksi atau non infeksi.
Jumlah
trombosittopenia dapat menertai sepsis.
Kadar
fibrinogen: dapat menurun selama koagulasi intravaskuler diseminata (KID) atau
menjadi meningkat selama cedra.
Produk
spilt fibrin: ada pada KID.
Kultur
darah: mengidentifikasi organisme penyebab yang di hubungkan dengan sepsis.
Urinalis
(pada spesimen kedua yang di keluarkan): mendeteksi abnormalitas, cedra ginjal.
Klinites
: mengidentifikasi gula dalm darah .
Hemates:
memeriksa adnya darah pada feses; hasil positif menunjukan nekrotisasi entro
kolitis.
Tes
shake aspiral lambung: menentukan adanya surfaktan .
Sinar
x dada ( PA dan lateral ) dengan porogram udara: dapat menunjuka penampilan
groun-glass (RDS).
Seri
ultrasonografi kranial : mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intravekuler.
Punksi
lumbal: dapat dilakukan untuk mengesampingkan meningitis.
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan
fungsi pernapasan optimal.
2. Mempertahankan
linkungan termal yang netral.
3. Mencegah
atau menurunkan resiko terhadap potensial komplikasi.
4. Mempertahankan
hemostasis melalui regulasi nutrisi dan hidrasi.
5. Membantu
mengembankan unit keluarga sehat .
TUJUAN
PULANG
1. Mepertahankan
honeostatatis fisiologis dengan dukungan yang minimal.
2. Berat
badan 41/2 ibu atau lebuh besar tepat
dengan usia/kondisi.
3. Komplikasi
di cegah/ teratasi atau ditangani secar mandiri.
4. Keluarga
mengidebtifikasi dan menggunakan sum ber dangan tepat.
5. Keluarga
mendemonstrasikan kemampuan untuk
mengatur perawat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
A.
PERTUKARAN GAS, KERUSAKAN
Dapat berhubungan
dengan : ketidak seimbanagn perfusi
ventilasi , ketidak adekutan kadar surfaktan, imaturitas otot arteriol pulmunal
, imaturitas sitem saraf pusat dan sistem neoro muskular, ketidak efektifan
bersihan jalan nafas, anemia dan stres dingin.
Kemungkinan di buktikan
oleh: hiperkapnia, hipoksia, takipnia,
sianosis.
HASIL YANG DIHARAPKAN mempertahankan kadar po2/pco2 dalam
batas normal. Menderita RDS minimal, dengann penuruna kerja pernapasan dan
tidak ada morbiditas. Bebas dari displasia bronkopulmonal.
TIDAKAN/
INTERVENSI
Mandiri
1. Tinjau
ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti lama persalinan,
tipe kelahiran, agar skor, kebutuhan tindakan resusitas saat kelahiran, dan
obat-obatan ibu yang di gunakan selama ke hamilan / kelahirann, termasuk
betametason.
Rasional
: Persalinan yang lama meningkatakn resiko
hipoksia, dan depresi pernapasan dapat terjadi setelah pemberian atau
pengunaan obat oleh ibu. Selain itu, bayi yang memerlukan tindakan resusitatif
pada kelahiran , atau yang apgar skornya rendah, mungkin memerlukan intervensi
lebih untuk menstabilkan gas darah dan mungkin dan mungkin menderita cedra SSP
dengan kerusakan hipotalamus, yang mengontrol pernafasan.( catatn : ppemnerian
kortokosteroid pada ibu dalam minggu 1 kelhiran membantu mengembangkan
maturitas bayi dan produksi surfaktan
2. Perhatian
usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.
Rasional:
neonatus lahir sebelim gestasi mingu ke-30 dan / atau brat badan kurang dari
1500 g beresiko tinggi terhadap terjadinya RDS. Selain itu, pria 2 kali
rentnnya dari pada wanita. (catatan : mayoritas kematian berhubungan dengan RDS
terjadi pada bayi dengan berat badan < 1500 g).
3. Kaji
status pernafasan, perhatikan tanda-tanda disters pernafasan ( miss ; retraksi,
pernafasan cuping hidung , mengorok, retraksi, ronki, atau krekels).
Rasional:
menandakan distres [pernafasan , khususnya bila pernafasan lebih besar sri
60x/mnit setelah 5 jam pertama kehidupan pernafasan mengorok menunjukan upaya
untuk mempertahankan ekspensi alveolar; pernafasan cuping hidung adalah
mekanisme kompensasi untuk menambah diameter hidung dan meningkatakan masukan
oksigen. Krekels/ ronki dapat menandakan fasokontriksi pulmunal yang
berhubungan dengan TDA, hipoksmia asedemia,atau imaturotas otot areterior, yang
gagal untuk kontriksi sebagai respons terhadap peningkatan lkdar oksigen.
4. Gunakan
pemantauan oksigen transkuta atau oksimeter nadi . catat kadar tiap jam, ubah
sisi alat setiap 3-4 jam .
Rasional:
memberika pemantaaun noninfasiv konstan
terhadap kdar oksigen, (cataan: insufisiensi polmunal biasanya memburuk 24-48
jam petama, kemudian mencapai pelatian).
5. Hisap
hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan btasi waktu obstruksi
jalan nafas dengan kateter 5-10 detik. Observasi pemantauan oksigen trankutan
oksimeter nadi sebelum dan selam penghisapan berikan “kantung” ventilasi
setelah penghisapan.
Rasional:
mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, khususnya pada bayi
yang menerima penytilasi bayi pertem tidak mngembangkan reflek terkoordinasi
untuk menghisap menelan, dan bernafas sampai gestasi [ada minggu ke-32 sampai
ke-34. Silia tidak berkembang dengan penuh atau mungkin rusak dari penggunaan
selam indoktrial fase eksudat berhubngan
dengang RDS pada kira-48 jam pascapartum
dapat meperberat kesutan bayi dalam mengatsi vagus, menyebabka bradikardi,
hiposemia, bronkospasme. Kantung ventilasi meningkatkan perbaikan kadar
oksigenn yang cepat .
6. Pertahankan
keneetrlan suhu denngan suhu tubuh pada 97,7F (dalam 0,5F).Rujuk pada DK:
termoregolasi, tidak efektifresiko tinggi terada).
Rasional
: Stres dingin menigkatkan konsumsi oksigen bayi , dapat meningkatkan asidosis, dan selanjutnya kerusakan produksi
surfaktan.
7. Pantau
masukan haluaran cairan: timbang berat badan sesuai indikasi berdasarkan
protokol.
Rasional
: dehidrasi merusak kemampuan untuk membersihkan jalan nafas saat mukus menjadi
kental. Hidrasi berlebihan dapat memperberat infiltrat alveolar/ edema
pulmonal. Penurunan berat badan dan peningkatan haluran irin daoat menandakan
fase diuretik dari RDS, biasanya mulai pada 72-96 jam dan mendahului resolusi
kondisi.
8. Tingkatan
istirahat;minimalkan rangsangan dan pengunaan energi.Posisikan bayi pada
abdomen bila mungkin berikan matras”tidak rata” sesuai indikasi
Rasional:
menurunkan laju metabolik dan konsumsi oksigenn. Memungkinkan ekspansi dada
optimal merangsang pernafasan dan
pertumbuhan ventrikel.
9. Observasi
terhadap tanda-tanda vital dan lokasi sianosis. Ung
Rasional:
sianosiss adalah tanda lanjut dari poa2 rendah dan tamapak sampai ada sedikit
lbih dafri 3 g /dl penurunan Hb pada darah erteri sentrl. Atau 4-6 g/dl pada
darah kapiler, atau sampai satursai oksigen haqnya 75-85 % dengan kadar po2 42
-41 mmhg.
10. Selidiki
penyimpangan tiba-tba dari kondisi yang di hubungkan dengan sianosis, penurunan
atau tidak adanya bunyi napas, pergeseran btitik tampak maksimal, penonjolan
dndinng dada, hipotensi,atau disritmia jantung.
Rasional
:penyimpangan pernapasan yang tiba- tiba atau tidak diperkirakan dapat
menandakn awitan pneomothoraks.
11. Pantau
terhadap tanda-tanda nekrosis ektrokolitis (rujuk pada DK:konstipasi , resiko
tiggi terhdap diaare, resiko tinggi teradap).
Rasional
;: hipoksia dapat menyembuhkan pirau darah ke otak sehinga men urunkan
sirkulasi keusus, dengan akibat lanjut dengan kerusakan sel usus damn infasi
oleh bakteri membentuk gas.
Kolaborasi
12. Pantau
pemeriksaan laboratorium, dengan teta; grafik seri GDA.
Rasional
: hopoksemia. Hiperkapnia , dan asisdosis menurunkan produksi surfaktan kadar
pao2 harus 50-70 mmhg atau lebih tinngi, kadar paco2 haru 35-45mmhg, dan
saturasi oksigen harus 92%-94%.
13. Hb/Ht.
Rasional :
penurunan simpanan besi pada kelahiran, pengulangan pengambilan sampel darah,
pertumbuhan cepat, dan episode henoragis meningkatakn kemungkinan bahwa bayi
patrem akan anemik, sehingga menurunakan kapasitas pembawa oksigen darah.(
catatan: pemberian sel mungkin perli untuk menggantikan darah yang di ambil
untuk pemeriksaan laboratorium).
14. Tinjau ulang seri sinar x dada.
Rasional
: atelektasis,kongesti, bronkogram udara
menujukkan terjadinya RDS.
15. Berikan
oksigen sesiuai kebutuhan, dengnanmasker kap, selang endotrakeal atau fentilasi
mekanik dengan menggunakan tekanan jakan napas positif konstan dan fentilasi
mandotari intermiten(IMV), atau pernapasan tekann positif intermiten dan
tekanan ekspirasi akhir positif.
Rasional:
hipoksemia asdemia dapat berlanjut menurunkan produksi surfaktan, meningkatkan
tahanan vaskuler pulmonal dan vasokontriksi, dan menyebabkan duktus arterious
tetap terbuka . imaturitas hipotalamus dapat memerlukan bantuan ventilasi untuk
mempertahankan pernapasn. Pengunaan PEEP
dapat menurunkan kolaps jalan napas, meningkatkan pertukran gas dan menurunkan
kebutuhan oksigen tingkat tinggi.
16. Pantau
pemberian oksigen dan durasi pemberian.
Rasional
:kadar oksigen serum tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dan
PEEP(barotrauma) dapat memredisposisikan bayi pada displasia bronkopulmunal.
17. Catat
fraksi oksigen dalam udra inspirasi (FIO2) setiap jam.
Rasional:
jumlah oksigen yang di berikan, diexspresikan sebagai FIO2 ditentukan secra
individu, berdasarkan pada pemantauan transkutan atau sampel darah
kapiler.(catatan: kadar ooksigen tinggi lama {toksisitas oksigen }. Dapat
mendisposisikan bayi pada kertusakan retinal trolental fibropasial).
18. Mulai
drainase postural. Fisioterapi dada, atau vibrasi lobus setiap 2jam, sesuai
indikasi, perhatikan toleransi bayi terhadap proedur.
Rasional:
memudahkan penghilngan sekresi. Lama waktu yang digunakan untuk setiap lobus
dihubu8ngkan dengan toleransi bayi. ( bayi biasanya tidak bisa mentoleransi
regimen tindakan yang penuh setiap waktu).
19. Aspirasi
isi lambung untuk tes shake.
Rasional:
memberikan informasi yang segera akn ada atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan,, yang perli untuk meningkatakan ekspansi normal dan elastisitas
alveolibiasanya tidak ada dalam kuantitas yang cukup sampai gestasi minggu
ke-32 samapi ke-33.
20. Beri
makan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai pengganti penberian
makan dengan AS, bila tepat.
Rasional:
menu runkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat, menghemat energi, dan
menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan refleks gag buruk.
21. Berikan
obat-obatan sesui indikasi:
a. Natrrium
bikarbonat.
Rasional:
bila tindakan meningkatkan frekuensi pernapasan atau memperbaiki ventilasi
tidak cukup untuk memperbaiki asidosis. Penggunaan natrium bikarbonat yang
hati-hati dapat mengembalikan ph ke dalam rentang normal.
b. Surfaktan(artifisial
atau eksogen).
Rasional
: Mungkin di berikan pada kelahiran atau setelah diagnosis RDS untuk menurunkan
beratnya kondisi dan komplikasi yang berhubungan efek dapat berakjir sampai 72
jam.
22. Bantu
dengan aspirasi jarum toresentesis, atau pemasangan selang dada.
Rasional:
mengembankan kembali paru melalui mengeluarkan udara atau cairan yang terjebak.
Membuat kembal tekanan negatif dn meninkatkan pertukaran gas.
B. POLA PENAPASAN, TIDAK EFEKTIF
Dapat
berhubungan dengan : imatiritas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi. Depresi berhubungan dengan obat dan ketidak seimbangan metabolik.
Kemungkinan
di buktikan oleh : dispnea, takipneaa,
periode aonea, pernafasan cuping hidung , penggunaan bantuan otot, sianosis ,
GDA abnormal, takikardia.
HASIL
YANG DI HARAPKAN NEONATAL AKAN: Mempertahankan
pola pernafasan periodik ( periode
apenik berakhir 5-10 dtk diikuti dengan
periode pendek ventilasi cepat). Dengan membran mukosa merah muda dan frekuensi
jantung DBN.
TINDAKAN/
INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji
frekuensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan perubahan
frekuensi jantung , tonus jantung, tonus otot, dan warna kulit berkenaan dengan
prosedur atau perawatan. Lakukan pemantauan
jantung dan pernafasan yang kontinu.
Rasional
: membantu dalam memberikan periode perpytaran pernfasan normal dari serangan
apneik sejati, yang terutama sering terjadi seblum gestasi mingu ke-30.
2.
Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional :
Menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.
3.
Tinjau ulang riwayat ibu terhadap
obat-obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayi.
Rasional
: madnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernafasan aktifitas SSP. Ikan
4.
Posisikan bayi pada abdomen atau posisi
telentang dengan gulungan pokok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit
hiperektensi .
Rasional:
posisi ini dapat memoermudah pernafasan dan menurunkan episode apneik,
khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperkapnia.
5.
Pertahankan suhu tubuh optimal.(rujuk
pada DK: termoregulasi , tidak efektif, resiko tinggi terhadap).
Rasional:
bahkan adanya sedikit peningkatan atau penurunn suhu lingkungan dapat
menimbulkan apnea.
6.
Berikan rangsangan taktil yang segera.(
mis, gosokan punggung bayi) bila terjadi apnea. Pergatikan adanya sianosis,
bradikardi, atau hipotonia. Anjurakan kontak orang tua.
Rasional:
merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernafasan
spontan. Kadang-kadang, bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau tidak
ada , atau bradikardia bila orangtua menyentuh dan bicara pada mereka.
7.
Tempatkan bayi pada matras bergelombang.
Rasional:
gerakan memberikann rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian apnneik.
Kaloborasi
8.
Pantau pemeriksaan laboratorium (Mis,.
GDA, glikosa serum, elekrolit, kultur,mdan kadar obat) sesuai indikasi.
Rasional:
hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglekimia, hipokalsemia,dan
sepsis dapat memperberat serangan apneik. Toksisitas obat, yang menekan fungsi
pernafasan dapat terjadi karena
pernafasan dapat terjadi karena keterbatasan ekskresi dan waktu paruh obat yang
lama.
9.
Berikan oksigen sesuai indikasi.(rujukan
pada DK: pertukaran gas, kerusakan).
Rasional:
perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatka n pernfasan.
10. Berikan
obat-obatan, sesuai indikasi:
Natrium bikarbonat.
Rasional
: memperbaiki asidosis.
Antibiotik.
Rasional;
mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis.
Kalsium glikonat.
Rasional:
hipokalsemia mempredisposisikan bayi pada apnea.
Aminoflin.
Rasional:
dapat meningkat aktifitas pusat pernafasan dan menurunkan sensitifitas terhadap
karbondiosida, menurunkan frekuensi
apnea.
Pankuronium bromida (pavulon).
Rasional:
mengakibatkan relaksasi otot rangka yang mungkin perlu bila bayi scra mekanis
terventilasi.
Larutan glukosa.
Rasional:
mencegah hipoglikemia. (Rujuk pada DK: nutrisi, perubahan, kurang dari
kebutuhan tubuh, resikotinggi terhadap).
C. TERMOLEGULASI,
TIDAK EFEKTIF, RESIKO TINGGI TERHADAP.
Faktor
resiko dapat meliputi: perkembangan SSP imatur( pusat regulasi suhu). Penurunan
rasio masa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan .
keterbtasan simpanan lemak coklat ,
ketidak mampuan merasakan dingin atau berkeringat. Cadangan metabolik buruk,
respons mati terhadap hipotermia. Danmanipulasi dan intervensi medis/ keperawatan yang sering.
Kemungkinan di buktikan oleh: {tidak
dapat di terapkan: adanyha tanda/gejala untuk mendiagnosa aktual}
HASIL
YANG DI HARAPKAN NEONATAL AKAN: Mempertahankan
suhu kilt /aksila dalam 95,9-99,1 F(35,5-37,3F) bebas dari tanda-tanda stres
dimgin.
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1.
Kaji suhu dengan sering. Periksa suhu
rektal pada awalnya; selanjutnya, periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar
terbuka dan penyebar hangat. Ulangi setiap 15 mnt selama penghangatan ulang,
Rasional:
hipotermia mebuat bayi cendrung pada stres dingin, penggunaan simpanan lemak
coklat yang tidak dapat diperbarui bila ada, dan menurunkan sensitifitas untuk
meningkatkan kadar karbon dioksida ( hiperkapnia) atau penurunan kadat oksigen(
hipoksia). (catatan: penghangatan ulang terlalu cepat berkenaan dengan kondisi
apneik, ini dapat menyebabkan depessi pernafasan lanjut sebagai pengganti
pernapasan. Mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan oksigen.)
2.
Tempatkan bayi pada penghangat ,tempat
tidur terbuka dengan penyebar hangat , tau tempat tidur bayi terbuka dengan
pakaian tpat untuk bayi yang lebih besar tau lebih tua.gunakan bantal pemanas
di bawah bayi bila perlu, dalam hubunganya dengan tempat tiidur isolet atau
tebuka .
Rasional
; mempertahankan lngkungan termonal membantu mencegah stres dingin.
3.
Gunakan lampu pemanas selam prosedur.
Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup plastik atau kertas alumunium
bil tepat. Objek pans dengan tubuh bayi, seperti stetosko, linen, dan pakaian.
Rasional;
menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yanng lebih dingin dari ruangan.
4.
Kurangi pemajanan pada aliran udara:
hindari pembukaan pagar isolette yang tidak semestinya.
Rasional : menurunkan
kehilangan panas karena konveksi/konduksi. Membatasi kehilangan panas melalui
radiasi.
5.
Ganti pakaian atau linen tempat bila
basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.
Rasional: menurunkan
kehilangan melalui evaporasi.
6.
Pantau system pengatur suhu, penyebar
hangat, atau incubator. (pertahankan batas atas pada bayi 98,6oF,
tergantung pada ukuran atau usia bayi).
Rasional
: hipertemie akibat pening katan pada laju metabolisme, kebutuhan oksigen dan
glukosa dan kehilangan air tidak kasat mata dapat terjadi bila suhu lingkungan
yang dapat dikontrol, terlalu tinggi.
7.
Pertahankan kelembapan relatif 50-80%. Oksigen lembap hangat 88-93 F(31-34C)
Rasional;
mencegah evaporasi berlebihan ,
menurunkan kehilngan cairan tidak kasat mata..
8.
Perhatikan adanya takipnea atau apnea:
sianosis umum, akrosianosis , atau kulit belang: bradikardia , menangis buruk,
atu latergi . evaluasi derajat dan
lokasi ikterik. (rujukan padaMK:Bayi baru lahir:hiperbiliribinemia.
Rasional:
tanda-tanda ini menandakan stres dingin, yang meninkatkan konsumsi oksigen dan
kalori serta mebuat bayi cendrung pada asidosis berkenaan dengan metabolisme
anerobik. Hipoytmia meningkatkan reiko kernikterus, saat asam lemak dilepasakan
pada metabolisme lemak coklat bersaing
dengan bilirubin untuk bagian pada albumin. (catan : warna kulit mungkin merah terang
pada perifer, dengan sianosis terlihat pada bagian tengah sebagai akibat darike
gagalan disoiasi oksihemoglobin .
9.
Berikan penghangatan bertahap untuk bayi
yang stres dingin.
Rasional:
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan
dan apnea.
10. Kaji
haluaran dan berat jenis urin.
Rasional:
peningkatan haluaran dan peningkatan berat jenis urin di hubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode
stres dingin.
11. Pantau
penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan tidak
adekuat, tingkatkan suhu lingkingan sesuai indikasi.
Rasional:
ketidak adekuatan penambahan berat badan mesipunmasukan kalori tidak adekuat
dapat menandakan bahwa kalori di gunakan untuk mempertahankan suhu tubuh ,
memerlukan penngkatan suhu lingkungan.
12. Perhatikan
frekuensi dan jumlah masukan. Pantau dextrosix. Kaji bayi terhadp muntah, distensi abdomen, atau apatis.
Rasional:
pemberian makan buruk ketidak stabilan biasa terjadi pada bayi dengan ketidak
stabilan suhu kadar dextrosik kurang
dari 45 mg/dl menadakan hipoglekimia yang memrluksn intervensi segera.
13. Kaji
kemjuan kemampuan bayi untuk berdaptasi tergadap suhu rendah
di dalam inkubator, atau pada suhu ruangann, saat mendemonstrasikan
penambahan berat badan yang tepat
Rasional:
.alat buain dapat di gunakan bila bayi dapat memperthankan suhu tubuh stabil
97,7 F dalam udra ruangan dan dapat
meningkatkan berat badan.
14. Pantau
suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangtat. Berikan informasi termoregulasi
kepada orangtua.
Rasional:
kontak di luar tempat tidur , khusunya dengan orangtua , mungkin singkat sak
bila bilqa dimungkinkan untuk mencegah strexs dingi n. ( catatan: hipertermia
dapat terjdi bla bayi di gendong oleh orang tua.)
15. Perhatikan
perkembangan takikardia, warna kemerahan , diaforesis, letarge,apnea, koma atau
aktifitas kejang .
Rassional:tanda-tanda
hipertermia (suhu tubuh lebih besar dari
99 F( 37,2 C). Da oat berkanjut pada kerusakan otak bil tidak teratasi.
16. Evaluiasi
sumber eksternal ( miss., foto terapi, lampu pemanas , atau sinar matahari).
Batasi pakaian dan mandi di seka dengan spon menggunakabn air hangat. Pastikan
posisi yang tepat dari alat pengukur suhu bila digunakan.
Rasional:
tindakan ini secra umum berhasil dalam memperbaiki hipertmia. ( ctatan: bila
hipertermia menetap menetukan posisi yang tepat dan memfungsikan alat pengukur
suhu, kemungkinan status hipermetabolik
seperti sepsis atau gejal a putus satnarkotik harus dipertimbangkan).
Kolaborasi
17. Pantau
pemeriksaan laboratorium,sesuai indikasi( mis., GDA, Glukosa, serum,
elektrolit, dan kadar bilirubin). (rujuk
pada DK: petukaran gas .)
Rasional:
stres dingin meningkatkan kebutuhann terhadap glukosa dan oksigen serta dapat
menyebabkan masalah asam –basa bila
bayi mengalami metabolisme anerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak
tersedia peningkatan kadar bilirubin inderek dapat terjadi karena
pelepasan asam lemak dari metabolisme
lemak coklat, dengan asam lemak bersaig dengan bilirubin pada bagian ikatan di
alabumin. Asidosis metabolok dapat juga terjadi pada hipertermia.
18. Berikan
D10 W dan ekspander volume secara intravena, bila diperlukan.
Rasional:
pemberian dekstrosa mungkin perlu untuk
meperbaiki hipoglikemia. Hipotensi
karena vasodilatasi perifer mungkin memerlukan tindakan pada bayi yang
mengalami stress panas. Hipertermia dapat menyebabkan peningkatan dehidrasi
tiga sampai empat kali lipat.
19. Berikan
suplemen oksigen sesuai indikasi
Rasional
: Bila oksigen tidak siap tersedia untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik berkenaan dengan upaya untuk meningkatkan suhu tubuh, bayi akan
menggunakan metabolisme anaerobik, mengakibatkan asidosis karena pembentukan
asam laktat. Hipotermia menurunkan respons bayi praterm terhadap hipoksia dan
hiperkapnia, yang menyebabkan depresi pernapasan lanjut sebagai ganti dari
peningkatan frekuensi pernapasan, mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan
oksigen. Hipertermia karena penghangatan terlalu cepat dihubungkan dengan
keadaan apnea, peningkatan kehilangan air yang tidak kasatmata dan peningkatan
frekuensi metabolik dengan peningkatan kebutuhan terhadap oksigen dan glukosa.
20. Berikan
obat-obatan, sesuai indikasi :
a. Fenobarbital.
Rasional : Membantu
mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan oleh
hipertermia.
b. Natrium
bikarbonat
Rasional: Memperbaiki
asidosis, yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
D. KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor
resiko dapat meliputi : Usia dan
berat badan ekstrem (prematur, dibawah 2500 g), kehilangan cairan berlebihan
(kulit tipis, kurang lapisan lemak, peningkatan suhu lingkungan, ginjal imatur / kegagalan untuk
mengkonsentrasikan urin).
Kemungkinan
dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk menegakkan
diagnosa aktual].
HASIL
YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari tanda-tanda dehidrasi atau
glikosuria dengan masukan cairan sama dengan haluaran dan pH, Ht, dan berat
jenis urin DBN. Menunjukkan penambahan berat badan 20-30g/hari.
TINDAKAN
/ INTERVENSI
Mandiri
1. Dapatkan
seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala yang sama dan pada waktu
yang sama.
Rasional;
Berat badan adalah indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan.
Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 15% dari berat badan total atau
1%-2% dari berat badan total perhari. Ketidakadekuatan penambahan berat badan
dapat dihubungkan dengan ketidakseimbangan air atau ketidakadekuatan masukan
kalori.
2. Bandingkan
masukan dan haluaran cairan setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap
periode 24 jam. Pertahankan catatan setiap jam dari penginfusan cairan
intravena. Kaji haluaran melalui pengukuran urin dari kantung penampung atau
melalui penimbangan / penghitungan popok. Pertahankan catatan akurat mengenai
jumlah darah yang diambil untuk tes laboratorium.
Rasional:
Haluran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100
ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari
pada hari ke-3 pasca kelahiran. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan
penurunan kadar Hb/Ht.
3. Pantau
berat jenis urin setiap selesai berkemih, atau setiap 2-4 jam, dengan
megaspirasi urin dari popok bila bayi tidak tahan dengan kantung penampung urin
atau yang kantung penampung yang direkatkan.
Rasional;
Meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urin
biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi praterm (rentang
normal 1,006 – 1,013), berat jenis urin bervariasi, memberikan tanda tingkat
dehidrasi individu. Kadar yang rendah menandakan volume cairan berlebihan;
kadar lebih besar dar 1,013 menandakan ketidakcukupan masukan cairan dan
dehidrasi.
4. Tes
urin dengan Dextrotix per protokol.
Rasional:
Bahkan pada kasus hipoglikemia, glikosuria terjadi saat ginjal yang imatur
mulai mengekskresikan glukosa, yang dapat menimbulkan diuresis osmotik,
meningkatkan resiko dehidrasi.
5. Minimalkan
kehilangan cairan yang tidak kasatmata melalui penggunaan pakaian, suhu
termonetral, dan menghangatkan atau melembabkan oksigen.
Rasional:
Bayi praterm kehilangan air dalam jumlah besar melalui kulit, karena pembuluh
darah dekat dengan permukaan dan kadar lapisan lemak berkurang atau tidak ada.
Fototerapi atau penggunaan penyebar hangat dapat meningkatkan kehilangan tidak
kasatmata sampai 50% atau sebanyak 200 ml/kg/hari. (catatan : BB bayi < 1500g
(3 lb 5 oz) paling rentan terhadap kehilangan cairan tidak kasatmata).
6. Pantau
tekanan darah (TD), nadi, dan tekanan arterial rerata (TAR)
Rasional:
Kehilangan 25% volume darah mengakibatkan syok dengan TAR <25 mmHg
menandakan hipotensi (Catatan: TD dihubungkan dengan BB; mis, bayi lebih kecil,
TAR lebih rendah).
7. Evaluasi
turgor kulit, membran mukosa, keadaan fontanel anterior.
Rasional:
Cadangan cairan dibatasi pada bayi praterm. Kehilangan/perpindahan cairan yang
minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit
yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
8. Perhatikan
letargi, menangis dengan nada tinggi, distensi abdomen, peningkatan apnea,
kedutan, hipotonia, atau aktivitas kejang.
Rasional:
Tanda-tanda ini menunjukkan hipokalsemia, yang paling mungkin terjadi selama 10
hari pertama kehidupan.
9. Kaji
lokasi tempat masuknya cairan intravena setiap jam. Perhatikan edema atau kegagalan
masuknya cairan. Jangan memeriksa posisi jarum dengan menurunkan cairan dibawah
tingkat jarum.
Rasional:
Pembengkakan dapat menandakan terjadi infiltrasi cairan atau plester terlalu
ketat. Aliran balik darah disebabkan oleh penurunan cairan mungkin menyumbat
jarum.
10. Berikan
kalium klorida, kalsium glukonat 10%, dan magnesium sulfat 50%, sesuai
indikasi. Pantau bradikardia yang potensial terjadi pada bayi melalui pemantau
jantung; observasi lokasi tempat masuknya infus terhadap adanya tanda-tanda iritasi
atau edema.
Rasional:
Perbaikan ketidakseimbangan elektrolit perlu untuk mempertahankan atau mencapai
homeostasis. Pemberian kalsium melalui kateter vena umbilikal dapat menyebabkan
nekrosis hepar, bila diberikan melalui arteri umbilikal, ini dapat memperberat
entrokolitits nekrotisan. Pengenalan dini dan intervensi segera dapat membatasi
efek-efek tidak baik dari infiltrasi obat; sperti kerapuhan, kalsifikasi, dan
nekrosis. (Catatan: Penggantian kalsium tidak efektif pada adanya defisit
magnesium).
11. Berikan
transfusi darah.
Rasional: Mungkin perlu
untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan kehilangan darah.
12. Berikan
dopamin hidroklorida, sesuai indikasi.
Rasional:
Dapat digunakan untuk mengatasi penurunan tekanan darah, khususnya bila berhubungan
dengan pemberian Pavulon.
Kolaborasi
1. Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
a. Ht
Rasional:
Dehidrasi meningkatkan kadar Ht di atas nilai normal 45% - 53%.
b. Kalsium
serum dan magnesium serum.
Rasional:
Bayi praterm rentan pada hipokalsemia (kadar kalsium < 7 mg/dl) karena
simpanan rendah, depresi rangsang paratiroid, dan stress karena hipoksia,
sepsis, atau hipoglikemia. Hipomagnesemia sering disertai hipokalsemia.
c. Kalsium
serum.
Rasional:
Hipokalsemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang nasogastrik, diare,
ata muntah. Kadar kalium berlebihan (hiperkalemia) dapat diakibatkan dari
kesalahan penggantian, perpindahan kalium dari ruangan intraselular ke
ekstraselular, asidosis, atau gagal ginjal.
2. Berikan
infus parenteral : dalam jumlah > 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia
bronkopulmonal (BPD), atau enterokolitis nekrotisan (NEC).
Rasional:
Penggantian cairan menambah volume darah, membantu mengembalikan vasokonstriksi
berkenaan dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan kekiri melalui PDA, dan
telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan
displasia bronkopulmonal.
E.
CEDERA,
RISIKO TINGGI TERHADAP, KERUSAKAN SSP
Faktor resiko dapat
meliputi : Hipoksia jaringan,
perubahan faktor pembekuan, ketidakseimbangan metabolik (hipoglikemia,
perpindahan elektrolit, peningkatan bilirubin).
Kemungkinan dibuktikan
oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnosa
aktual].
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari kejang dan tanda-tanda kerusakan
SSP. Mempertahankan homeostasis dibuktikan oleh GDA, glukosa serum, kadar
elektrolit dan bilirubin DBN.
TINDAKAN
/ INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji
upaya pernapasan. Perhatikan adanya pucat atau sianosis.
Rasional:
Distress pernapasan dan hipoksia mempengaruhi fungsi serebral dan dapat merusak
atau melemahkan dinding pembuluh darah serebral, meningkatkan resiko ruptur.
Bila tidak teratasi, hipoksia dapat mengakibatkan kerusakan permanen. (Rujuk
DK: pertukaran gas, kerusakan).
2. Pantau
kadar Dextrostix, dan observasi adanya perilaku yang menandakan hipokalsemia
atau hipokalsemia pada bayi (mis, kacau mental, kedutan, kejang mioklonik, atau
mata terbalik). (Rujuk DK : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh,
resiko tinggi terhadap).
Rasional:
Karena kebutuhannya terhadap glukosa, otak dapat menderita kerusakan yang tidak
dapat pulih bila kadar glukosa serum lebih rendah dari 30-40 mg/dl.
Hipokalsemia (kadar kalsium serum < 7 mg/dl) sering menyertai hipokalsemia
dan dapat mengakibatkan apnea dan kejang.
3. Observasi
bayi terhadap perubahan fungsi SSP dimanifestasikan oleh perubahan perilaku,
letargi, hipotonia, penonjolan atau ketegangan fontanel, mata terbalik, atau
aktifitas kejang. Selidiki penyimpangan keadaan yang ditandai oleh menangis
nada tinggi, pernapasan yang sulit, dan sianosis, yang diikuti dengan apnea,
flaksid kuadriparese, tidak berespons, hipotensi, postur tonik, dan arefleksia.
Rasional:
Trauma kelahiran, kapiler rapuh, dan kerusakan proses koagulasi membuat bayi
beresiko terhadap IVH, khususnya bayi yang BB nya < 1500g atau gestasi
dibawah 34 minggu. Penegangan atau penonjolan fontanel anterior mungkin
merupakan tanda pertama dari IVH, syok hemoragi, atau peningkatan tekanan
intrakranial (PTIK), yang dengan mudah membawa pada kematian akibat sirkulasi
yang kolaps. Bayi gestasi < 32 minggu dapat menjadi letargik atau hipotonik
serta dapat memanifestasikan gerakan “mata menjelajahi” yang tidak terkontrol
dan kurang jalur penglihatan. (Catatan: tanda-tanda klinis dan perkembangan IVH
mungkin tidak ada, sangat samar, atau tiba-tiba serta mengancam kehidupan).
4. Ukur
lingkar kepala, sesuai indikasi.
Rasional:
Membantu mendeteksi kemungkinan PTIK atau hidrosefalus, yang mungkin merupakan
akibat dari hemoragi subdural. Hanya 35%-50% bayi dengan hidrosefalus
berkembang secara normal.
5. Kaji
warna kulit, perhatikan bukti peningkatan ikterik berkenaan dengan perubahan
perilaku seperti letargi, hiperrefleksia, kacau mental, dan opistotonus. (Rujuk
pada MK: Bayi baru lahir: Hiperbilirubinemia).
Rasional:
Bayi praterm lebih rentan pada kernikterus pada kadar bilirubin lebih rendah
dari bayi cukup bulan karena peningkatan kadar bilirubin sirkulasi tidak terkonjugasi
melewati barier darah otak.
Kolaborasi
1. Pantau
pemeriksaan laboratorium, sesuai indikasi :
a. Ht
/ Hb; GDA
Rasional:
Penurunan kadar Hb atau anemia menurunkan kapasitas pembawa oksigen,
meningkatkan resiko kerusakan SSP yang peramnen berkenaan dengan hipoksemia.
Penurunan Ht yang tiba-tiba dapat menjadi indikator pertama dari IVH.
b. Kadar
bilirubin
Rasional:
Peningkatan kadar bilirubin dengan cepat dapat mengakibatkan kernikterus bila
tidak diatasi.
c. Berika
suplemen oksigen
Rasional:
Hipokalsemia meningkatkan resiko kelemahan atau kerusakan SSP yang permanen.
2. Bantu
dengan prosedur diagnostik atau terapeutik, sesuai indikasi :
a.
Skaning tomografi komputer,
ultrasonografi kranial.
Rasional:
Mengidentifikasi adanya/luasnya hemoragi, yang bermanfaat dalam memprediksi
kemungkinan komplikasi jangka panjang dan dalam pemilihan tindakan.
b.
Punksi lumbal
Rasional:Spesimen
cairan serebrospinal (CSS) berdarah memastikan IVH. Beberapa rumah sakit
melakukan punksi leumbal berturut-turut setiap hari untuk menurunkan TIK dan
mencegah efek-efek berbahaya dari hidrosefalus.
c.
Transfusi tukar
Rasional:
Naik atau meningkatnya kadar bilirubin dengan cepat menandakan kebutuhan
terhadap transfusi tukar volume ganda dengan darah O negatif untuk mengeluarkan
bilirubin dan mencegah hemolisis lanjut dari sel darah merah (SDM).
d.
Ventrikulopunksi atau tap.
Rasional:
Mungkin digunakan untuk mengeluarkan kelebihan darah dari ventrikel, meskipun
pemeriksaan tidak menandakan adanya perubahan dalam hasil.
e.
Penempatan pirau ventrikuloperitoneal.
Rasional:
Dilatasi ventrikel progresif tidak responsif pada tindakan lain dapat memrlukan
intervensi pembedahan untuk memperbaiki atau mencegah hidrosefalus.
3. Berikan
obat-obatan, sesuai indikasi :
a.
Kalsium, magnesium, natrium bikarbonat,
dan atau glukosa.
Rasional:
Perbaikan ketidakseimbangan membantu mencegah aktivitas kejang neonatus, yang
dapat terjadi pada respons terhadap keadaan metabolik sementara.
b.
Fenobarbital
Rasional:
Membantu untuk mengontrol kejang akut serta status epileptikus pada bayi baru
lahir.
c.
Fenitoin atau diazepam
Rasional:
Mungkin digunakan bila obat antiepileptik lain tidak berhasil dalam mengontrol
aktifitas kejang. (Catatan : Dosis harus berdasarkan pada pembuluh darah).
d.
Furosemid, asetazolamid, atau steroid.
Rasional:
Membantu menurunkan tekanan intrakranial, dan mengatasi efek-efek sekunder dari
perdarahan.
e.
Vitamin E
Rasional:
Sifat antioksidan melindungi membran SDM terhadap hemolisis.
f.
Indometasin
Rasional:
Pemberian IV dapat memperbaiki ketidakseimbangan hemodinamik melalui penutupan
duktus arteriosus paten.
4. Bantu
dengan penggantian cairan atau pembatasan
Rasional:
Perfusi serebral tergantung pada volume sirkulasi adekuat. (Catatan: cairan
mungkin tidak dibatasi pada kasus hipertonisitas, kerusakan SSP dengan
perdarahan, atau palsi serebral).
F. NUTRISI,
PERUBAHAN, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor resiko dapat
meliputi : Imaturitas produksi enzim, penurunan produksi asam hidroklorik
(menurunkan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak), imaturitas
sfingter kardia, otot abdominal lemah, kapasitas lambung kecil, refleks lemah,
tidak ada, atau tidak sinkron berkenaan dengan pemberian makan,
ketidakadekuatan kadar nutrisi simpanan.
Kemungkinan dibuktikan
oleh: [tidak dapat diterapkan adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnose
actual]
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN
: Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan BB dalam kurva normal, dengan
penambahan BB tetap sedikitnya 20-30 g/hari. Mempertahankan glukosa serum DBN
dan keseimbangan nitrogen positif.
TINDAKAN
/ INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji
maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (mis, menghisap, menelan,
gag, dan batuk).
Rasional:
Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi.
2. Auskultasi
terhadap adanya bising usus. Kaji status fisik dan status pernapasan.
Rasioanal: Pemberian
makan pertama pada bayi stabil yang memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12 jam
setelah kelahiran. Bila distress pernapasan ada, cairan perenteral
diindikasikan, dan cairan peroral harus ditunda.
3. Mulai
pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai indikasi.
Rasional:
Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi yang adekuat
pada bayi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk dan refleks
menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan.
4. Kaji
pernapasan yang tepat dari selang pemberian makan pada bayi, gunakn prosedur
pengkleman yang tepat untuk mencegah masuknya udara kedalam lambung.
Rasional: Pemasangan
selang pada trakea yang tidak tepat dapat menurunkan fungsi pernapasan. Bila 1
ml atau kurang aspirasi dari lambung, penjumlahan ini harus dikurangi dari
makanan yang akan diberi dan dimasukan kembali kedalam selang. Bila > 2 ml
diaspirasi, jadwal pemberian makan perlu diubah.
5. Masukan
ASI/formula dengan perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1 ml/menit.
Rasional: Pemasukan
makanan kedalam lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respons balik
cepat regurgitasi, peningkatan resiko aspirasi, dan distensi abdomen, semua ini
menurunkan status pernapasan.
6. Kaji
tingkat energi dan penggunaannya, derajat kelelahan, frekuensi pernapasan, dan
lama waktu yang diperlukan untuk makan.
Rasional: Penggunaan
energi berlebihan selama makan menurunkan ketersediaan kalori untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal. Pengguanaan selang secara total atau sementara mungkin
perlu untuk menurunkan kelelahan. Pemberian makan peroral tidak tepat bila
frekuensi pernapasan > 60/menit.
7. Penuhi
kebutuhan menghisap pada bayi dengan menggunakan dot selama pemberian makan
perselang. Bila bayi menjadi kadang-kadang menyusu ASI, ibu dapat menggosok dot
pada payudara, melembabkannya dengan sedikit ASI untuk memberi bau padanya. Ia
dapat juga menggendong bayi selama pemberian makan.
Rasional: Memberikan
kepuasaan oral sehingga bayi menghubungkan kepuasaan diri dalam menghisap
dengan kenyamanan dari pengisian lambung.
8. Tunda
drainase postural selama sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan.
Rasional: Memungkinkan
pencernaan optimal dan absorpsi dan pemberian makan, membantu mencegah
regurgitasi berkenaan dengan peningkatan penanganan.
9. Perhatikan
adanya diare, muntah, regurgitasi, residu lambung berlebihan, atau hasil
positif dari tes guaiak. (Rujuk pada DK: konstipasi, resiko tinggi terhadap).
Rasioanal: Menandakan
kerusakan fungsi lambung. Residu lambung > 2 ml (diaspirasi melalui selang
nasogastrik[NG] sebelum pemberian makan) menunjukkan kebutuhan untuk menurunkan
jumlah pemberian makan dan dapat menandakan absorpsi buruk atau enterokolitis
nekrotisan.
10. Pantau
kadar Dextrosix dan Clinitest perprotokol.
Rasional: Karena
hepar imatur tidak menyimpan atau melepaskan glikogen dengan baik, resiko
hipoglikemia meningkat. Hipoglikemia dapat di diagnosa dengan kadar Dextrostix
< 45 mg/dl. (Catatan: Bayi mungkin asimtomatik bahkan bila hasil Dextrostix
serendah 20 mg/dl).
11. Pertahankan
termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan yang tepat. Gangguan pada bayi
harus seminimal mungkin.
Rasional: Stress
dingin, hipoksia, dan penanganan yang berlebihan meningkatkan laju metabolisme
dan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan mengorbankan pertumbuhan dan peningkatan
BB.
12. Pantau
bayi terhadap reaksi lokal atau sistemik untuk pemberian makan parenteral (mis,
peningkatan suhu, trombosis pembuluh darah, dispnea, muntah, atau sianosis).
Rasional: Kira-kira
50% komplikasi yang berhubungan dengan nutrisi parenteral total (NPT) adalah
karena sepsis, biasanya septikemia Candida. Komplikasi lain meliputi kelebihan
beban cairan dan obstruksi atau perubahan posisi kateter.
13. Catat
pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap minggu dari
panjang badan dan lingkar kepala.
Rasional:
Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah criteria untuk penentuan kebutuhan
kalori, untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian
makan. Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan
protein.
Kolaborasi
1. Mulai
pemberian makan dengan air steril, glukosa, dan ASI atau formula, dengan tepat.
Rasional:
Pemberian makan dini mencegah penurunan cadangan.
2. Beri
makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan perkiraan
kapasitas lambung.
Rasional: Bayi
< 1250g (2 lb 12 oz) diberi makan setiap 2 jam, bayi antara 1500 dan 1800 d
(3 bl 8 oz – 4 lb) diberi makan setipa 3 jam.
3. Gunakan
formula pekat untuk memberikan 120-150 kal/kg/hari atau lebih, dengan protein
3-4 g/kg/hari. Tambahkan suplemen ke ASI untuk pemberian makan melalui selang
sesuai kebutuhan.
Rasional: Masukan
kalori harus cukup untuk mencegah katabolisme. Formula yang pekat memberikan
lebih banyak kalori dalam volume yang lebih sedikit, yang perlu karena
penurunan kapasitas dan pengosongan lambung, serta bahaya menekan ginjal
imatur. (Catatan : bayi yang sakit merupakan formula pembandingan setengah
diawal dengan volume/konsentrasi ditambahkan > 1-10 hari sesuai toleransi
bayi).
4. Berikan
vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, C, D, dan E, dan zat besi, sesuai
indikasi.
Rasional: Menggantikan
simpanan nutrien rendah untuk meningkatkan keadekuatan nutrisi dan menurunkan
resiko infeksi. Vitamin C dapat menurunkan kerentanan pada anemia hemolitik dan
menghilangkan displasia bronkopulmonal dan fibroplasia retrolental. Vitamin E
membantu mencegah hemolisis SDM.
5. Pertahankan
kepatenan, bantu dengan menggunakan selang makan indwelling (selang
transpilorik, nasojejunal, nasoduodenal).
Rasional: Memberikan
kontinuitas penginfusan formula pada bayi praterm yang sangat kecil yang
memenuhi kriteria khusus: mis, takipnea, penyakit paru kronis, ketergantungan
respirator, aspirasi berulang dengan pendekatan cara pemberian makan lain.
(Catatan: potensial resiko menyertai penggunaan selang indwelling ini harus
dipertimbangkan terhadap keuntungannya).
6. Berikan
makan NPT melalui pompa infus dengan menggunakan kateter indwelling kedalam
vena kava atau jalur perifer. Infus emulsi lemak (intralipid) melalui jalur
perifer.
Rasional: Infus
NPT dari protein hidrolisat, glukosa, elektrolit, mineral, dan vitamin mungkin
perlu untuk bayi dengan diare kronis; sindrom malabsorpsi, perbaikan pembedahan
dari anomali gastrointestinal (GI), obstruksi, atau enterokolitis nekrotisan,
prematuritas yang ekstrem. Infus intralipid memberikan asam lemak esensial
kepada anak yang memrlukan NPT. (Catatan: keuntungan dari pengguanaan
intralipid harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan resiko akumulasi lemak
dalam paru).
7. Pantau
pemeriksaan laboratorium; mis, glukosa serum, elektrolit, protein total.
Rasional: Mengukur
ketepatan NPT
G. INFEKSI,
RISIKO TINGGI TERHADAP KONSTIPASI, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor
resiko dapat meliputi : Respon imun imatur, kulit rapuh, jaringan trauma,
prosedur invasif, pemajangan lingkungan (KPD, pemajangan transplasental).
Kemungkinan
dibuktikan oleh : [Tidak dapat
diterapkan; adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnosa aktual]
HASIL
YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN :
Mempertahankan serum negatif, CSS, urin, dan kultur nasofaringeal dengan hitung
darah lengkap, trombosit, kadar pH, dan tanda vital DBN.
TINDAKAN
/ INTERVENSI
Mandiri
1. Tinjau
ulang catatan kelahiran. Perhatikan apakah tindakan resusitasi diperlukan, lama
pecah ketuban, dan adanya korioamnionitis.
Rasional: Faktor-faktor
maternal seperti KPD dengan persalinan dan kelahiran praterm kemungkinan
disebabkan oleh proses infeksi asenden. Infeksi transplasental didapat (yang mempengaruhi
dua sepertiga dari semua bayi terinfeksi) juga merupakan ancaman. Bayi yang
telah diresusitasi dan yang telah mendapat intervensi invasif lebih cenderung
kemasukan patogen dan infeksi. Sepsis awiatan-awal (terjadi dalam 2 hari
pertama kehidupan) dipengaruhi oleh pertahanan hospes dan durasi pecah ketuban
antepartum.
2. Tentukan
usia gestasi janin dengan menggunakan kriteria Dubowitz.
Rasional: Kelahiran
sebelum gestasi minggu ke-28 – 30 meningkatkan kerentanan abyi terhadap
infeksi, karena penurunan kemampuan SDP untuk menyerang bakteri, penurunan
pemindahan imunoglobulin G (IgG ditransportasikan melewati plasenta terutama
pada trimester ke-3), kurang imunogloblin A (IgA) bila bayi tidak menerima ASI,
dan keratin kulit buruk dengan ketidakefektifan kualitas barier. (Catatan :
Bayi yang menderita retardasi pertumbuhan intrauterus beresiko tinggi terhadap
infeksi).
3. Tingkatkan
cara-cara mencuci tangan pada staf, orangtua, dan pekerja lain perprotokol.
Gunakana antiseptik sebelum membantu dalam pembedahan atau prosedur invasif.
Rasional: Mencuci
tangan adalah prktik yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang
serta mengontrol infeksi dakam ruang perawatan.
4. Pantau
staf dan pengunjung akan adanya lesi kulit, luka basah, infeksi pernapasan
akut, demam, gastroenteritis, herpes simpleks aktif (oral, genital, atau
paronisial), dan herpes zoster.
Rasional: Penularan
penyakit pada neonatus dari pekerja atau pengunjung dapat terjadi secara
langsung atau tidak langsung.
5. Berikan
jarak yang adekuat antara bayi atau antara unit isolette atau unit individu.
Gunakan ruangan isolasi terpisah dan teknik isolasi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan
jarak 4-6 kaki dengan bayi membantu mencegah penyebaran droplet atau infeksi
melalui udara.
6. Kaji
bayi terhadap tanda-tanda infeksi, seperti ketidakstabilan suhu (hipotermia
atau hipertermia), letargi atau perubahan perilaku, distres pernapasan (apnea,
sianosis, atau takipnea), ikterik, petekie, kongesti nasal, atau drainase dari
mata atau umbilikus.
Rasional:
Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi, suhu tubuh sendiri merupakan adalah cara
yang tidak dpata dipercaya dalam mengkaji infeksi pada bayi praterm dengan
kerusakan respons inflamasi dan mobilisasi SDP.
7. Buat
kelompok bayi, bila mungkin, dan jamin bahwa perawat yang sama merawat
bayi-bayi yang dikelompokkan bersama.
Rasional:
Bayi-bayi yang lahir dalam kerangka waktu yang sama (biasanya 24-48 jam), atau
terkolonisasi/terinfeksi dengan patogen yang sama, mungkin dikelompokkan
bersama sampai pulang. Pengelompokkan ini merupakan tindakan yang penting dalam
mengkontrol infeksi dengan embatasi jumlah dari kontak satu bayi dengan bayi
yang rentan atau petugas lainnya.
8. Lakukan
perwatan tali pusat sesuai protokol rumah sakit.
Rasional: Penggunaan
alkohol lokal, triplet dye, dan berbagai antimikroba yang membantu mencegah
kolonisasi.
9. Siapkan
lokasi tempat prosedur invasif dengan alkohol (70%), iodin tingtur, atau
iodofor. Pantau lokasi infus intravena dan lokasi jalur pemantauan invasif
perprotokol.
Rasional:
Menurunkan insiden kemungkinan flebitis atau bakteremia.
10. Gunakan
teknik aseptik selama penghisapan. Bubuhi tanggal pada larutan yang terbuka
untuk pelembaban, irigasi, atau nebulasi, dan buang setelah 24 jam. Jamin
pembersihan rutin atau penggantian peralatan pernapasan.
Rasional: Menurunkan
kesempatan untuk masuknya bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi pernapasan.
11. Perlakuan
jalur arteri, stopkok, dan kateter sebagai daerah steril, ambil spesimen darah
pada waktu yang sama.
Rasional:
Membantu mencegah bakteremia berkenaan dengan jalur arteri dan aksesnya yang
langsung pada darah dan jaringan dalam.
12. Pantau
bayi terhadap tanda-tanda awitan lanjut penyakit atau infeksi.
Rasional:
Awitan lanjut penyakit dapat terjadi dapat terjadi secepat-cepatnya pada hari
kelima, tetapi ini biasanya terjadi setelah minggu pertama kehidupan. Tanda-tanda
awitan lanjut infeksi kemungkinan disebabkan oelh bakteri yang didapat
13. Observasi
terhadap tanda – tanda syok atau koagulasi intravascular diseminata (KID),
seperti bradikardia, penurunan TD, ketidakstabilan suhu, malas, edema, atau
eritema pada dinding abdomen.
Rasional : KID
dapat terjadi dengan septicemia gram negatif.
14. Berikan
ASI untuk pemberian makan, bila tersedia.
Rasional:
ASI mengandung IgA, makrofag, limfosit, dan netrofil, yang memberikan beberapa
perlindungan dari infeksi.
Kolaborasi
1. Dapatkan
specimen, sesuai indikasi (mis: urin melalui aspirasi suprapubis, darah, CSS,
lesi kulit terlihat, nasofaring, atau sputum bila bayi diintubasi.)
Rasional : tes kultur/
sensitivitas perlu untuk mendiagnosa pathogen dan mengindentifikasi terapi yang
tepat.
2. Pantau
pemeriksaan laboratorium sesui indikasi :
a. Seri
jumlah SDM dan diferensia.
Rasional : prematuria
menurunkan respon imun pada infeksi. Jumlah SDP pada bayi praterm bervariasi
dari 6.000 sampai 225.000/mm3 dan dapat berubah dari hari ke hari, membatasi
reabilitas diagnostic. Peningkatan nyata atau tiba-tiba atau penurunan SDP atau
sel pita menandakan infeksi.
b. Jumlah
trombosit
Rasional :
sepsis menyebabkan jumlah trombosit menurun, tetapi pada bayi praterm, rentang
trombosit normal mungkin hanya 60.000 (pada 3 hari pertama) sampai 100.000/mm3
c. Glukosa
dan kadar PH serum
Rasional ;
hipoglikemi, hiperglikemi atau asodisis metabolic ( dengan kadar bikarbonat
kurang dari 21 mEq/L ) menandakan infeksi.
3. Berikan
antibiotic secara intravena berdasarkan laporan sensitivitas.
Rasional : antibiotic
spectrum luas meliputi ampisilin dan aminoglikosida biasanya diindikasikan,
menunggu hasil tes kultur dan sensitivitas. Penggunaan antibiotic sistemik
dengan sembarangan atau tidak tepat dapat menyebabkan efek samping yang tidak
diharpkan, membantu mengembangkan resitensi strain bakteri, dan mengubah flora
normal bayi baru lahir.
4. Bantu
dengan pungsi lumbal, sesuai kebutuhan.
Rasional
:
membantu mengidentifikasi organisme dan lokasi infeksi bila meningitis dicurigai
5.
Bantu dengan tindakan untuk kemungkinan
kondisi yang berhubungan dengan infeksi : hipoksemia, abnormalitas sushu,
ketidakseimbangan elektrolit dan asam-basa, anemia, atau syok.
Rasional :
kejadian fisiologis yang berhubungan dan gejala sisa mungkin mengancam hidup
bayi karena infeksi itu sendiri.
6. Berikan
immunoglobulin intrvena dengan tepat.
Rasional : penelitian
menunjukkan Ig IV dapat meningkatkan laju kehidupan pada bayi septic, selain itu,
terapi profilaktik untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1500 g dapat
menurunkan insiden awitan lanjut infeksi nosokomial.
H. KELEBIHAN
CAIRAN, RESIKO TINGGI TERHADAP
Faktor
resiko dapat meliputi : sistem ginjal
imatur dan penurunan laju filtrasi glomelurus
Kemungkinan
dibuktikan : tidak dapat diterapkan : adanya tanda dan gejala untuk menegakkan
diagnose actual.
HASIL
YANG DIHARAPKAN : mempertahankan berat jenis urin, haluaran, dan PH DBN.
TINDAKAN
INTERVENSI
Mandiri
1. Pantau
haluaran, lebih disukai dengan menimbang popok, atau dengan mengkaji satirasi
popok dan jumlah popok yang digunakan perhari. Ukur berat jenis urun.
Rasional :
haluaran harus 1 – 3 ml/kg/jam dan berat jenis urin harus 1,006 sampai 1,013.
Hipovolemia atau anuria atau oliguria dapat menyertai hipoksia berat.
2. Hitung
keseimbangan cairan ( masukan total minus haluaran total) setiap 8 jam, dan
timbang bayi per protocol.
Rasional : keseimbangan
cairan yang positif dan hubungan penambahan berat badan dengan kelebihan 20-30
g/hari menunjukkan kelebihan cairan.
3. Evaluasi
hidrasi, perhatikan adanya krekels, ronki, dispnea atau takipnea.
Rasional : keterbatasan
kemempuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan meningkatkan risiko
hidrasi berlebihan dengan gangguan jantung atau pernapasan.
4. Perhatikan
adanya lokasi dan derajat edema
Rasional : edema
berlebihan menurunkan sirkulasi dan volume ginjal saat perpindahan cairan dari
plasma ke jaringan.
5. Lakukan
pengukuran untuk mencegah infeksi ( rujuk pada DK: infeksi, resiko tinggi
terhadap.)
Rasional :
infeksi menggantikan peningkatan kebutuhan pada sistem ginjal yang telah
menurun.
Kolaborasi:
1. Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
a. Kadar
elektrolit dan PH.
Rasional : asidosis dan perubahan kadar elektrolit
menunjukkan ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis.
b.
Nitrogen urea darah, kreatinin, kadar
asam urat.
Rasional : mengkaji
beratnya keterlibatan ginjal.
2.
Berikan makan dengan menggunakan ASI
bila mungkin ; jamin jumlah kosentrasi yang tepat dari formula suplemen.
Rasional : ASI
mengandung sedikit larutan ginjal daripada susu sapi. Ginjal mungkin tidak
dapat mengatasi formula dengan konsentrasi larutan berlebihan.
3.
Perbaiki cairan, elektrolit, dan
gangguan asam basa; perbaiki keadaan hipiksik.
Rasional :
tindakan mungkin perlu untuk memperbaiki laju filtrasi glomelurus dan aliran
darah ginjal setelah periode hipoksia dengan akumulasi asam laktat. Pemberian
natrium bikarbonat mungkin perlu, karena menghalangi kapasitas ginjal
mempredisposisikan bayi praterm pada asidosis metabolic.
4.
Pantau bayi terhadap toksisitas obat,
khususnya bayi menerima gentamisin atau nafsilin.
Rasional :
imaturitas ginjal menghambat atau memundurkan ekskresi obat sehingga pada bayi
praterm, toksisitas dapat terjadi lebih cepat dengan kadar yang lebih rendah
daripada bayi cuckup bulan.
I.
KONSTIPASI, RESIKO TINGGI TERHADAP :
DIARE, RESIKO TINGGI TERHADAP
Faktor fisiko dapat meliputi : masukan diet/cairan,
ketidakaktivan fisik, oto – otot abdomen, perubahan motalitas gastric.
Kemungkinan dibuktikan oleh : ( tidak dapat
diterapkan ; adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnose actual. )
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : membantu
kebiasaan defekasi tergantung pada tipe pemberian makan, dengan abdomen lunak
dan tidak distensi bebas dari tanda – tanda enterokolitis nekrotisan.
TINDAKAN INTERVENSI :
Mndiri
1.
Pertimbangan frekuensi dan karakteristik
feses delam hubungannya dengan usia bayi dan tipe pemberian makan. Auskultasi
bising usus. Ukur lingkar abdomen, melaporkan peningkatan ukuran 1 cm atau
lebih dari pengukuran sebelumnya.
Rasional : penurunan
fungsi usus dan motilitas GI mengakibatkan defekasi tidak sering dan distensi
abdomen.
2.
Perhatikan adanya faktor – faktor resiko
seperti hipoksia, sepsis atau maslah sirkulasi berkenaan dengan PDA
Rasional :
kondisi ini dapat memperberat perkembangan enterokolitis nekrotisan. Temuan
terbaru menunjukkan bahwa perkembangan enterokolitis nekrotisan dihubungkan
dengan perkembangan dan usia gestasi.
3.
Kaji status hidrasi dan masukan cairan
dan haluaran ( rujuk pada DK ; kekurangan volume cairan , risiko tinggi
terhadap : nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi
terhadap.)
Rasional :
ketidakadekuatan hidrasi dapat memperberat kurangnya air atau konstipasi feses.
4.
Pantau terhadap tanda – tanda
enterokilitis nekrotisan, seperti distensi abdomen, kekakuan, nyeri tekan;
kulit abdomen berkilau atau tegang; lengkung usus dapat dilihat, meludah
berlebihan, muntahan berwarna empedu: kegagalan pemberian makanan per selang
untuk diabsorsi atau residu lambung berlebihan; dan tiodak adanya bising usus;
tes feses ( kecuali ada diare yang mengandung darah) dengan mengandung hematest
atau guaiak. Tes residu gaster.
Rasional :
enterokolitis nekrotisan merupakan komplikasi yang potensial mengancam
kehidupan yang mempengaruhi 3% - 8% bayi praterm, biasanya ada dalam 2 minggu
kehidupan pertama.
5.
Minimalkan penanganan bayi ; berikan
gosokan pada wajah, tangan, dan kaki. Bicara pada bayi.
Rasional :
hindari trauma abdominal lanjut. Kebutuhan emosional dan sentuhan dapat
dipenuhi dengan sentuhan ekstermitas dan kepala dan melalui percakapan.
6.
Hindari penggunaan popok dan thermometer
rectal
Rasional : popok
meningkatkan tekanan abdomen bawah dan mencegah atau membatasi observasi
terhadap abdomen. Thermometer rectal dapat menyebabkan trauma pada mukosa
rectal.
7.
Pantau bayi terhadap tanda – tanda
sepsis, syok, atau KID
Rasional :
enterokolitis nekrotisan dapat berlanjut pada perforasi usus dengan
peritonitis, mengakibatkan sepsis, syok dan KID
8.
Pertahankan untuk tetap mencuci tangan
setelah memegang setiap bayi.
Rasional :
membantu mencegah terjadinya epidemic enterokolitis nekrotisan dalam ruang
perawatan.
Kolaborasi:
1.
Gunakan ASI untuk pemberian makan
bilamana mungkin
Rasional :
ASI mudah dicerna menghasilkan feses yang lebih lunak, dan dapat menurunkan
risiko infeksi enteric atau terjadinya enterokolitis nekrotisan.
2.
Tingkatkan pengenceran formula supleman
sesuai indikasi
Rasional :
diare dapat menandakan intoleransi terhadap konsentrasi formula.
3.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi : jumlah SDP dan deferensial, jumlah trombosit, masa protrombin, dan
masa tromboplastin
Rasional : peningkatan
atau penurunan jumlah SDP atau pergeseran ke kiri menunjukkan sepsis.
Trombositopeni atau masa pembekuan memanjang menunjukkan terjadinya KID
4.
Tinjau sinar X abdomen
Rasional : adanya distensi
lengkung usus, penebalan dinding, dan asites menunjukkan enterokolitis
nekrotisan.
5.
Kirimkan feses darah awal atau hematest
positif pada laboratorium
Rasional : tawas yang
ditimbulkan pada tes toksoid diperlukan untuk membedakan darah bayi dari darah
ibu.
6.
Hentikan pemberian makan oral atau NG
selama 7 sampai 10 hari, sesuai indikasi. Berikan makanan NPT
Rasional :
memungkinkan tes usus, meningkatkan penyembuhan jaringan sambil memenuhi
kebutuhan cairan dan kebutuhan nutrisi.
7.
Pasang selang orogastrik atau NG, dan
sambungkan ke penghisap rendah kontinu, sesuai kebutuhan.
Rasional : mungkin perlu
untuk dekompresi lambung pada kasus kecurigaan enterokolitis nekrotisan atau
setelah intervensi pembedahan.
8.
Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional :
melawan infeksi enteric; dapat meningkatkan pemulihan usus.
9.
Siapkan untuk pembedahan, bila
diperlukan.
Rasional :
prosedur pembedahan mungkin perlu untuk menghilangkan segmen usus yang
terinflamasi.
J. INTEGRITAS
KULIT, KERUSAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP
Faktor
risiko yang meliputi : kulit tipis, kapiler rapuh dekan permukaan kulit, tidak
ada lemak subkutan di atas penonjolan tulang, ketidakmampuan untuk mengubah
posisi untuk menghilangkan titik penekanan, penggunaan restrain, perubahan
status nutrisi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : ( tidak dapat
diterapkan ; adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnose actual. )
HASIL
YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : mempertahankan kulit utuh. Bebas dari cedera
dermal.
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Inspeksi
kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan
Rasional :
mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, dapat mengakibatkan sepsis.
2. Berikan
perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin swab. Berikan jeli
petroleum untuk bibir.
Rasional :
membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir berkenaan dengan tidak adanya
masukan oral atau efek kering dari terapi oksigen.
3. Hindari
penggunaan agens topical keras; cuci dengan hati – hati larutan povidon-iodin
setelah prosedur
Rasional :
membantu mencegah kerusakan kulit dan menghilangkan barier pelindung epidermal.
4. Berikan
latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal bulu domba atau
terbuat dari bahan yang lembut.
Rasional :
membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan dengan edema dermis atau
kurangnya lemak subkutan diatas tonjolan tulang.
5. Minimalkan
penggunaan plester untuk mengamankan selang, elektroda, dan kantung urin, jalur
I,V,dan sebagainya.
Rasional :
melepaskan plester dapat juga melapas lapisan epidermal, karena kohesi antara
plester dan korneum sternum lebih kuat daripada antara dermis dan epidermis.
6. Mandikan
bayi dengan menggunakan air steril dengan sabun ringan. Cuci hanya pada bagian
tubuh yang benar benar kotor. Minimalkan manipulasi kulit bayi.
Rasional :
setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bacterisidal karena PH asam.
Mandi sering menggunakan sabun alkalin atau pelembab dapat meningkatkan PH
kulit, menurunkan flora normal dan mekanisme pertahanan alamiah yang
,melindungi pathogen invasive.
7. Ganti
elektroda hanya bila perlu
Rasional :
penggantian yang sering dapat memperberat kerusakan kulit.
Kolaborasi:
1. Berikan
saleb antibiotic pada hidung, mulut dan bibir bila pecah atau teriritasi
Rasional :
meningkatkan pemulihan pecah – pecah dan iritasi berkenaan dengan pemberian
oksigen; dapat membantu mencegah infeksi.
K. PERUBAHAN
SENSORI – PERSEPTUAL
Dapat
dihubungkan dengan : imaturitas sistem neurosensori, perubahan rangsangan
lingkungan, efek – efek terapi.
Kemungkinan
dibuktikan oleh : perubahan pada respon terhadap rangsangan, apatis,
iritabilitas, perubahan tengangan otot, ukuran berubah pada ketajaman
sensorium.
Hasil
yang diharapkan neonatal akan : berespon dengan tepat pada rangsangan khusus usia.
Bebas dari tanda kelebihan sensori. Mendemonstrasikan respon yang diharapkan
pada rangsangan visual, bebas dari tanda – tanda retinopati prematuritas (ROP)
TINDAKAN
/ INTERVENSI
Mandiri
1. Berikan
perawat primer untuk setiap shift. ( tugas perawat primer per bayi untuk
memberikan informasi pada orang tua)
Rasional :
meningkatkan kontinuitas perawatan dan mengikuti program perkembangan.
Meningkatkan pengenalan perubahan perilaku dan kondisi bayi yang tidak kentara.
Adanya seorang perawat yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi
membantu untuk menurunkan kejadian informasi dan kesalahan pemahaman orang tua.
2. Sering
ganti popok bayi ( khususnya bila bayi mendapat SPAP nasal atau selang
endotrakeal)
Rasional :
memberikan rangsangan kinesthesia. Bayi imatur secara neuromuscular tidak mampu
mengubah posisi sendiri atau bergerak dalam isolette.
3. Berikan
sentuhan lembut dan perhatian, khususnya pada waktu pemberian maka, kenalkan
tekstur (spatel lidah, waslap) bila tepat.
Rasional :
memberikan rangsangan taktil, yang berkenaan dengan penambahan berat badan dan
khususnya penting bila bayi 40 minggu pascakonsepsi atau lebih.
4. Bicara
atau bernyanyi pada bayi, panggil nam, mainkan music lembut dalam ruang
perawatan, atau mainan suara orang tua yang direkam tipe.
Rasional :
memberikan rangsangan auditorius, permainan, tape suara orang tua dapat
meningkatkan pengenalan bayi terhadap mereka.
5. Gendong
bayi setinggi wajah, memungkinkan kontak mata. Memberikan linea berwarna, dan
mengganti desain atau gambar pada sisi incubator, dan manganjurkan orang tua
untuk membuat bentuk dari kertas dan talai yang bergerak segera setelah bayi
mencapai usia pasca konsepsi 40 tahun.
Rasional : rangsangan
visual paling baik diberikan dengan objek yang ditempatkan pada 7-9 inci dari
wajah. Wajah hitam dan putih dan desain checkerboard meningkatkan perhatian
visual, bayi menjadi terbiasa pada rangsangan yang tidak berubah. Melibatkan
orang tua dalam kreasi rangsangan bayi membantu menjamin bahwa proses berlanjut
setelah pulang.
6. Gendong
bayi pada posisi ventral
Rasional : merangsang
orientasi visual.
7. Kaji
bayi terhadap tanda – tanda fisiologis dari kelebihan beban sensori
Rasional : rangsangan
berlebihan dapt mengakibatkan perubahan fisiologis.
8. Minimalkan
rangsangan interaksi social selain dari yang secara langsung berhubungan dengan
pemberian makan bila bayi menunjukkan tanda – tanda kelebihan beban sensori.
Kurangi rangsangan sebelum pemberian makan.
Rasional :
rangsangan berlebihan dapat mengganggu pemberian makanan, sehingga rangsangan
yang diperlukan harus doberikan antara pemberian makan. Rangsangan berlebihan
sebelum pemberian makan dapat mempengaruhi penghisapan dan motilitas GI secara
negative dan dapat menyebabkan muntah.
9. Rencanakan
aktivitas untuk memungkinkan periode tidur. Cegah perubahan posisi tiba – tiba
atau kebisingan, dan menurunkan sinar secara intermiten dengan menutup
incubator dengan handuk atau dengan menurunkan lampu ruangan.
Rasional :
membantu melindungi bayi dari rangsangan berlebihan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan keadaan fisiologis secara negative; meningkatkan rasa terhadaap
siklus siang – malam pada bayi.
10. Buka
penutup mata secara berkala bila bayi menerima fototerapi.
Rasional : tameng
pelindung mata diperlukan pada fototerapi yang dengan berat menurunkan
kesempatan rangsangan visual.
11. Kaji
respon bayi terhadap rangsangan. Buat pola individual dari intervensi yang
berdasarkan pada usia perkembangan dan kebutuhan bayi.
Rasional :
masing – masing bayi berespon secara unik pada pola intervensi berdasarkan pada
kebutuhan individual.
12. Timbang
berat badab bayinsetiap hari. Perhatikan frekuansi pemberian makan dan masukan
serta frekuensi defekasi.
Rasional : rangsangan
vagal yang dihasilakan oleh rangsangan taktil dan kinestasis yang tepat
menaikkan penambahan berat badan, meningkatkan persiktaktil dan pengeluaran
produk sisa, menurunkan retensi lambung, dan meningkatkan aktivitas pemberian
makan.
13. Ukur
lingkar kepala.
Rasional :
korteks serebral dianggap meningkat pada berat badab dalam berespon terhadap
rangsangan pada lingkungan, dan peningkatan ini, yang berlanjut pada periode
pascanatal lanjut, dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan intelektual.
14. Perhatikan
faktor – faktor fisiko berat badan lahir, kondisi yang menyrtai, dan terapi
yang berhubungan
Rasional :
retinopati prematuria tidak lagi diyakini merupakan akibat tersendiri dari
terapi oksigen tingkat lama. Imaturitas, adanya beberapa anomaly congenital,
dan berbagai terapi membuat bayi beresiko.
15. Berikan
informasi pada orangtua mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan /respon
individu bayi.
Rasional : menurunkan
ansietas berkenanan dengan ketidaktahuan, meningkatkan koping dan kemempuan
pemecahan masalah. Menyadari bahwa bayi yang mengalami kerusakan visual mungkin
tidak mengenal atau menunjukkan perasaan dengan perubahan ekspresi wajah
mendorong orang tua untuk mengamati bahasa tubuh yang menunjukkan ekspresi diri
yang dengan cara demikian menguatkan ikatan kedekatan.
16. Berikan
peningkatan penggunaan rangsngan auditorius dan taktil.
Rasional :
memperttahankan rangsangan dini adekuat dan tepat dapat membatasi masalah
kongnitif dan emosional masa datang berhubungan dengan isu – isu lingkungan
temasuk kekurangan rangsangan dan respon orang tua terlalu melindungi.
17. Berikan
tempat tidur yang tidak rata / air bila diindikasikan
Rasional :
bayi praterm yang kurangdari gestasi 34 minggu telah menunjukkan peningkatan
ukuran kepala dan diameter bipariental dengan rangsangan bentuk ini.
18. Pantau
terapi oksigen dengan ketat,sesuai kadar dan pembatasan durasi dengan tepat
Rasional :
membantu mencegah atau membatasi perkembangan retinopati prematuria.
19. Periksakan
fundus oftalmoskopik indirek
Rasional :
menganjurkan untuk senua bayi yang kurang dari gestasi minggu ke 36 atau
dibawah 2000g dan menerima terapi oksigen. Biasanya dilakukan antara usia minggu
ke 4 dan minggu ke-8 dan diulang sesuai indikasi untuk diagnosis/memantau
kemajuan retinopati prematuria dan menentukan kebutuhan terapi.
20. Terapi
laser atau krioterapi
Rasional :
mungkin bermanfaat dalam membatsi efek – efek merugikan berkanaan dalam tahap
akut dari retinopati prematurias dengan obliterasi pembentukan pembuluh baru,
penurunan traksi pada retina dan pelepasan selanjutnya.
L. KOPING,
INDIVIDUAL, TIDAK EFEKTIF
Dapat
dihubungkan dengan : imaturitas dan kerusakan SSP ( ambang rendah untuk rangsangan
dan stress nyeri), kemampuan organisasi yang buruk, keterbatasan kemampuan
untuk menguntrol lingkungan.
Kemungkinan
dibuktikan : diisorganisasi aktivitas motorik dan siklus bangun – tibur,
iritabilitas, ketidakmampuan menyampaikan isyarat tapat pada pemberian
perawatan sehingga stressor dapat dikurangi atau dihilangkan.
Hasil
yang diharapkan neonatal akan : meminimalkan/ menurunkan isyarat perilaku yang
menandakan stress. Mkemajuan dengan tepat, sesui pola individu dalam
pertumbuhan dan perkembangan.
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri:
1. Berikan
perawatn primer kapan pun mungkin.
Rasional : perawatn yang
konsisten dan dapat diperkirakan memungkinkan bayi mengembangkan ras percaya
pada pemberi perawatan, lingkunagan, dan diri sendiri serta memudahkankoping.
Pemberian perawatan yang banyak membinggungkan bayi, meningkatkan distress
selama makan, menyebabkan irribilitas dan mengganggu perhatian visual.
2. Kaji
bayi terhadap isyarat perilaku yang menandakan stress, perhatikan faktor –
faktor penyebab dan hilangkan atau kurangi stressor bila mungkin.
Rasional : pengenalan
dengan perilaku respon lazim dan sifat kepribadian bayi perlu untuk
mengidentifikasi perubahan yang tidak nyata yang menandakan stress dan perlunya
intervensi untuk menurunkan sters ini.
3. Buat
suasana seperti didalam uterus bilamana mungkin menutupi isolette untuk periode
lama dan menghidupkan bunyi – bunyian rekaman plasenta atau bunyi jantung
maternal.
4. Memberikan
lingkungan gelap, tenag, menurunkan stress, meningkatkan adaptasi, dan didapati
berhubungan secara positif dengan penambahan berat badan, penyapihan dini dari
oksigen atau ventilator dan pulang lebih dini.
Rasional : rekaman bunyi
ibu cebderung menurunkan atau menghilangkan persepsi bayi tentang kebisingan
dari isolette.
5. Ubah
posisi bayi dengan menggunakan gulungan popok yanh ditempatkan pada punggung
dan bagian depan bila bayi pada posisi miring atau pada sisinya bayi dapat
mentoleransi posisi tengkurap.
Rasional : imaturitas
neuromuscular dapat merusak kemampuan bayi untuk mencari posisi yang nyaman
atau menghilangkan stress dari perubahan posisi. Sulungan popok di sekitar bayi
memberikan rasa aman dan mempunyai efek menenangkan. Posisi telungkup
meningkatkan tidur dan relaksasi optimal.
6. Tutup
bagian atas penyebar hangat dengan penutup plastic, bila dibutuhkan.
Rasional : menurunkan
stress lingkungan aliran dari udara, yang mengejutkan bayi saat petugas
bergerak melewati penghangat.
7. Berikan
orang tua informasi tentang isyarat perilaku bayi dan respon terhadap stressor.
Rasional : orang tua
harus meningkatkan keterampilan dalam pengenalan isyarat bayi yang tidak nyata
menandakan stress sehingga mereka dapat secara efektif memberikan intervensi
untuk meminimalkan stress dan memudahkan adaptasi positif bayi terhadap
kehidupan akstrauterus.
DAFTAR
PUSTAKA
Bobak, loedermik Jansen.2004.Buku Ajar Keperawatan
Edisi 4.Jakarta:EGC
Doenges,Marilyn.2001.Rencana Perawatan Maternal Bayi
Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi2.Jakarta:EGC
Novita
Regina.2011.Keperawatan Maternitas.Bogor:Ghalia Indonesia
1xbet korean - Legalbet.co.kr
BalasHapus1xbet korean | Legalbet.co.kr, legalbet.co.kr, legalbet.co.kr, legalbet.co.kr, legalbet.co.kr, legalbet.co.kr. 1xbet app download