Kamis, 29 November 2012

asuhan keperawatan Osteomalasia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia. Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa, dapat menyebabkan osteomalasia, selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus, penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis. Pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak, dewasa atau pun orang tua
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan osteomalasia?
2.      Apa penyebab terjadinya osteomalasia?
3.      Bagaimana patofisiologi terjadinya osteomalasia?
4.      Apasajakah evaluasi disgnostic yang dilakukan untuk menentukan osteomalasia?
5.      Bagaimana penatalaksanaan pada pasien osteomalasia?
6.      Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan osteomalasia?
1.3  Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui konsep dari osteomalasia dan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan osteomalasia
Tujuan Khusus
1.      Mengetahui definisi osteomalasia.
2.      Mengetahui penyebab dari osteomalasia.
3.      Mengetahui patofisiologi terjadinya osteomalasia.
4.      Mengetahui evaluasi diegnostik yang dilakukan untuk menentukan osteomalasia.
5.      Mengetahui penatalaksanaan pada pasien osteomalasia.
6.      Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan osteomalasia.










BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets). Pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Pada pasien ini, sejumlah besar esteoid atau remodeling tulang baru tidak mengalami klasifikasi. Diperkirakan bahwa defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang. Sebagai akibat kegagalan mineralisasi, terjadilah pelunakan dan pelemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan, perlengkungan tulang, dan patah tulang patologik.
2.2  Etiologi
Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral. Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorbsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin, fenobarbital), dan kekurangan vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi matangnya makanan dan kurangnya pengetahuan mengetahui nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi di bagian dunia yang mana vitamin D tidak tidak ditambahkan dalam makanan sehingga terjadi kekurangan dalam diet, serta daerah yang jauh dari matahari.

2.3  Patofisologi
Osteomalasia kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi calsium atau kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasi melaui kehilangan vitamin D (bersama dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan kalsium, kalsium diekskresikan melalui feses dalam kombinasi dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak, obstruksi traktus biliaris kronik, pancreatitis kronik, dan reseksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus menyebabkan pelepasan kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan pH fisiologis. Selama pelepasan kalsium skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi, dan keracunan logam berat mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.
Selain itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D, karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya. Hiperparatiroidisme dekalsifikasi skelet, dan osteomalasia dengan peningkatan ekskresi fosfat dalam urine. 
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot. Pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis). Sacrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.

2.4  Evaluasi Diagnostik
Pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan kadar kalsium dan fosfor yang rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Kalsium urin dan ekskresi kreatinin rendah. Biopsy tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

2.5  Penatalaksanaan
Bila osteomalasia akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan dit kaya protein, kalsium, dan vitamin D tinggi.
Suplemen vitamin D harus diresepkan. Vitamin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor dalam cairan ekstrasel dan maka akan tersedia ion kalsium dan fosfor untuk mineralisasi tulang.
Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsorpsi, penambahan dosis vitamin D selain suplemen kalsium diresepkan. Pemajanan sianar matahari sebagai radiasi UV untuk mentransformasi bahan kolesterol (7-dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu dianjurkan.
Sering, masalah skelet yang berhubungan dengan osteomalasia sembuh sendiri bila kekurangan nutrisi atau proses patologis yang mendasarinya telah ditangani secara adekuat. pemantauan jangka panjang psien perlu dilakukan untuk meyakinkan stabilisasi atau kekambuhan osteomalasia. Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu ditangani oleh pembedahan (dapat dilakukan osteotomi atau mengoreksi deformitas tulang panjang).

2.6  Asuhan Keperawatan pada Osteomalasia
1.      Pengkajian
Pasien dengan osteomalasia biasanya sering mengeluh nyeri tulang pada punggung bawah dan ekstremitas disertai dengan nyeri tekan. Gambaran dari ketidaknyamanan masih samar-samar, pasien mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara, informasikan tentang masalah yang nyata terdapat sehubungan dengan penyakitnya (sindrom malabsorbsi) dan kebiasaan diet dapat diketahui.
Pada pemeriksaan fisik, di dapatkan deformitas skelet, deformitas vertebrae, dan deformitas lengkungan tulang panjang mungkin memberikan ketidakbiasaan penampilan pada pasien dan cara berjalan seperti bebek. Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa tidak nyaman dengan penampilannnya.
2.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian data, diagnosa keperawatan utama yang mungkin terjadi, termasuk dibawah ini :
a.       Nyeri berhubungan dengan nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.
b.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.
c.       Gangguan konsep diri berhubungan dengan tungkai melengkung, cara berjalan seperti bebek, dan deformitas vertebra.
3.      Intervensi
a.      Nyeri berhubungan dengan nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.
Hasil yang diharapkan menurut NOC
Tingkat kenyamanan, kontrol nyeri, tingkat nyeri
Contoh hasil NOC dengan Indikator
Tingkat rasa sakit yang dibuktikan dengan indikator berikut: nyeri dilaporkan / panjang episode nyeri / mengerang dan menangis / ekspresi wajah nyeri (tingkat hasil dan indikator tingkat nyeri: 1 = parah, 2 = substansial, 3 = sedang, 4 = ringan , 5 = tidak ada.
Klien hasil
Klien akan (menentukan kerangka waktu)
Bagi klien yang mampu memberikan laporan diri
·         Gunakan alat laporan nyeri diri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri saat ini dan menetapkan tujuan fungsi kenyamanan.
·         Laporkan bahwa nyeri rejimen manajemen mencapai tujuan kenyamanan fungsi tanpa efek samping
·         Menjelaskan metode non farmakologi yang dapat digunakan untuk membantu mencapai tujuan fungsi kenyamanan
·         Melakukan kegiatan pemulihan atau ADL mudah
·         Jelaskan bagaimana tahap pengelolaan nyeri
·         Kemampuan negara untuk mendapatkan jumlah yang cukup istirahat dan tidur
·         Beritahu anggota dari tim perawatan kesehatan segera untuk tingkat nyeri yang lebih besar dari tujuan fungsi kenyamanan, atau  efek samping
Bagi klien yang tidak mampu memberikan laporan diri
·         Mengurangi  dalam perilaku nyeri terkait
·         Gunakan penilaian klinis untuk mengevaluasi efektivitas intervensi jika klien tidak mampu untuk menunjukkan perilaku
·         Melakukan kegiatan pemulihan atau ADL mudah sebagaimana ditentukan oleh kondisi klien
·         Menunjukkan adanya nonopioid efek analgesik opioid atau yang merugikan
NIC (Klasifikasi Intervensi dalam keperawatan)
Intervensi  yang disarankan oleh NIC:
Administrasi analgesik, manajemen nyeri, pasien-dikendalikan dengan bantuan analgesia (PCA)
Contoh NIC kegiatan-nyeri manajemen
Yakinkan bahwa klien menerima perawatan analgesik perhatian, melakukan penaksiran komprehensif sakit untuk memasukkan lokasi, karakteristik, onset / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
Intervensi Keperawatan dan Rasional
·         Kaji tingkat nyeri pada klien menggunakan laporan diri yang valid dan dengan alat nyeri yang dapat diandalkan seperti tingkat nyeri pada skala 0-10. Langkah pertama dalam penaksiran nyeri adalah untuk menentukan apakah klien dapat memberikan laporan diri. Minta klien untuk menilai tingkat rasa sakit atau pilih deskriptor intensitas nyeri menggunakan laporan alat nyeri yang valid dan dapat diandalkan (Breivik dkk, 2008; pasero et al, 2009). EBN: tingkatan  nyeri tunggal dimensi sikap keperawatan dan keyakinan tentang penilaian nyeri mengungkapkan bahwa penggunaan efektif skala penilaian nyeri sering ditentukan oleh sikap pribadi perawat tentang efektivitas (Layman-Young, Horton & davidhizar, 2006).
·         Minta klien untuk menggambarkan pengalaman nyeri sebelumnya, efektivitas intervensi manajemen nyeri, respon terhadap obat analgesik termasuk kejadian efek  merugikan dan kekhawatiran tentang rasa sakit dan pengobatannya (misalnya, takut tentang kecanduan, kekhawatiran atau kecemasan) dan kebutuhan informasi. EBN: memperoleh sejarah nyeri , membantu untuk mengidentifikasi faktor-faktor potensial yang dapat mempengaruhi kesediaan klien untuk melaporkan nyeri, serta, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intensitas nyeri, respon klien terhadap nyeri, kecemasan, dan farmakokinetik dari analgesik et (Kalman al 2003; Deane & smith, 2008; Dunwoody et al, 2008)
·         Menjelaskan efek samping pada  rasa sakit tak henti-hentinya. EBN: nyeri akut tak henti-hentinya dapat memiliki konsekuensi pada  fisiologis dan psikologis yang memfasilitasi hasil klien negatif. Pengelolalaan  nyeri akut memiliki potensi untuk perubahan neurohumoral yang tidak efektif , remodcling neuronal, berdampak pada fungsi imun, dan tekanan fisiologis, psikologis, dan emosional yang  lama dan dapat menyebabkan sindrom sakit kronis (brennan, mobil & sepupu, 2007; Dunwoody et al, 2008 , evans et al, 2009).
·         Jika klien tidak dapat memberikan laporan diri, 1) mempertimbangkan kondisi klien dan mencari kemungkinan penyebab nyeri (misalnya, adanya cedera jaringan kondisi patologis, atau paparan prosedur / intervensi yang biasanya mengakibatkan nyeri);. 2 ) mengamati untuk perilaku yang dapat mengindikasikan adanya nyeri (misalnya, ekspresi wajah, menangis, restlesness dan perubahan dalam aktivitas), 3) mengevaluasi indikator fisiologis, dengan pemahaman bahwa ini adalah indikator sensitif paling nyeri dan dapat berhubungan dengan kondisi lain yang nyeri (e, g., syok, hipovolemia, kecemasan), dan 4) melakukan uji coba analgesik. Tidak adanya perilaku dianggap indikasi rasa sakit bukan berarti  bahwa rasa sakit tidak ada (pasero & McCaffery, 2005) EBN: perilaku tertentu telah terbukti menjadi indikasi rasa sakit dan digunakan untuk menilai nyeri pada klien yang tidak dapat menggunakan laporan diri dengan alat nyeri (misalnya, klien gangguan kognitif) (Puntillo et al, 2004; Puntillo et al, 2009). Namun, perilaku bervariasi antar individu, dan perilaku yang dapat menunjukkan rasa sakit di satu klien mungkin tidak menunjukkan rasa sakit bagi orang lain. Seorang pengganti yang tahu klien mungkin dapat memberikan informasi tentang patologi rasa sakit yang mendasari dan perilaku khusus untuk klien yang mungkin merasa nyeri (pasero, 2009a). penaksiran nyeri harus dibakukan dan harus memperhitungkan kemampuan kognitif, kondisi sakit yang  mendasari atau prosedur, tingkat ketakutan atau kecemasan, dan kemampuan klien untuk memberikan laporan diri (herr et al, 2006; Pasero et al, 2009).
·         Mencegah kemungkinan adanya nyeri selama prosedur  dilakukan (venipuncture misalnya, pada saat pemasangan tusukan tumit, dan kateter intravena perifer). Menggunakan anestesi lokal topikal atau intravena sebagaimana ditentukan oleh status klien individual dan kebutuhan.penempatan kateter intravena  adalah salah satu prosedur yang menyakitkan yang paling umum dilakukan pada semua usia dan pengaturan perawatan kesehatan, seringkali tanpa obat bius  (Valdovinos et al, 2009). EBN: topikal anestesi krim dapat menurunkan venipuncture dan nyeri IV penyisipan signifikan (Fetzer 2002, Brown, 2009; Valdovinos et al, 2009).
·         Administrasi opioid oral atau intravena (IV) seperti yang diperintahkan. Menyediakan PCA, infus perineural, dan intraspinal analgesia seperti yang diperintahkan, bila perlu dan tersedia. Rute invasif administrasi yang mampu memberikan kontrol nyeri yang memadai dianjurkan. Rute IV disukai untuk kontrol cepat sakit parah. Untuk rasa sakit yang konstan (diharapkan akan hadir sekitar 50% dari hari), mengelola setiap opioid 4 jam (berdasarkan waktu paruh) sekitar-the-clock (ATC) (DeSandre & Quest, 2009). Untuk nyeri intermiten atau terobosan, dosis prn sesuai (Pasero, 2003a, Pasero & Mc Caffery, 2007; APS, 2008). EBN: Pasien dikontrol dalam pemberian analgesia lebih efektif dalam mengontrol rasa sakit dari on-demand IM suntikan (Chang, Ip, & Cheung, 2004; Bainburidge, Martin, & Cheng, 2006).
·         Hindari pemberian obat anti nyeri intramuskular (IM). Suntikan IM akan terasa sakit, suntikan IM  dapat menyebabkan abses steril dan fibrosis otot dan jaringan lunak. Suntikan IM juga dapat menyebabkan cedera saraf dengan pin neuropatik kronis (APS, 2008). EBN: pasien diberikan analgesia agar lebih efektif dalam mengontrol rasa sakit dari suntikan IM (Chang, Ip, & Cheung, 2004).
·         Diskusikan tentang ketakutan klien terhadap nyeri, overdosis, dan kecanduan. Karena banyak kesalahpahaman tentang rasa sakit dan pengobatannya, pendidikan tentang kemampuan untuk mengontrol rasa sakit secara efektif dan koreksi mitos  tentang penggunaan opioid harus dimasukkan sebagai bagian dari rencana perawatan. Kecanduan tidak mungkin terjadi ketika klien menggunakan opioid untuk manajemen nyeri (McCaffery, Pasero, & Portenoy, 2004, APS, 2008; DeSandre & Quest, 2009). EBN: Klien sering memendam kecemasan realistis dan kesalahpahaman tentang penggunaan opioid, risiko kecanduan, dan pengelolaan efek samping (Brennan, Carr, & Cousins​​, 2007).
·         Tinjau tingkat nyeri klien dan laporan catatan obat untuk mengevaluasi efektivitas penghilang rasa sakit, sebelumnya 24-jam persyaratan opioid, dan terjadinya efek samping. EBN: pelacakan sistematis rasa sakit merupakan faktor penting dalam meningkatkan manajemen nyeri dan membuat penyesuaian rezim manajemen nyeri (Faries et al, 1991). Jika rasa sakit  konstan, dosis yang segera untuk melepaskan opioid harus diberikan setiap 4 jam ATC. Jika rasa sakit tetap terkendali setelah 24 jam, tingkatkan dosis rutin dengan jumlah yang sama dengan dosis total opioid yang diberikan selama 24 jam sebelumnya, atau sebesar 25% sampai 50% dari nyeri ringan dan nyeri sedang, dan 50% sampai 100% untuk nyeri berat (NCI, 2007).
Pediatrik
·         Seperti pada orang dewasa, gunakan intervensi non farmakologi  untuk melengkapi, bukan menggantikan  intervensi farmakologis. EBN: terapi pelengkap seperti relaksasi. Gangguan, hipnotik, terapi seni, dan citra mungkin memainkan peran penting dalam manajemen nyeri holistik (Lassetter, 2006; Golianu et al, 2007; APS, 2008, Bouza, 2009; lago et al, 2009) intervensi non farmakologi dapat mengurangi prosedur yang berhubungan dengan distress (APS 2008)
Multicultural
·         Menilai untuk efek fatalisme pada keyakinan klien mengenai keadaan rasa nyaman. EBN: perspektif fatalistik, yang melibatkan keyakinan bahwa seseorang tidak dapat mengendalikan nasib sendiri, dapat mempengaruhi perilaku kesehatan dalam beberapa Penduduk Amerika dan Latin Afrika (Ward et al, 2008)
·         Gunakan pendekatan berpusat keluarga untuk merawat EBN: melibatkan keluarga dalam perawatan manajemen nyeri dapat meningkatan kepatuhan terhadap pengobatan regimen (juarez, Ferrell & borneman, 1998).
·         Menggabungkan aman dan efektif praktek perawatan kesehatan rakyat dan keyakinan dalam perawatan bila memungkinkan. itu adalah tanggung jawab pengasuh untuk memastikan bahwa manajemen nyeri aman dan efektif disediakan. walaupun dukungan dari keyakinan perawatan kesehatan individu dianjurkan, ketika penelitian tidak mendukung keamanan atau efektivitas suatu metode atau ketika penelitian tidak ada, ini harus dijelaskan secara penuh kepada klien (McCaffery, 2002). EBN: menggabungkan kepercayaan rakyat perawatan kesehatan dan praktik dalam perawatan sakit manajemen meningkatkan kepatuhan dengan rencana perawatan (Juarez, Ferrell, & Borneman, 1998).
b.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.
Faktor yang terkait
Kognitif keterbatasan, informasi salah tafsir, kurangnya paparan, kurangnya minat belajar, kurangnya recall, pahaman dengan sumber informasi.
NOC (Nursing Hasil Klasifikasi)
Disarankan NOC Hasil
Pengetahuan, diet, proses Penyakit, konservasi energi, Perilaku Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen infeksi, Obat, Keselamatan Pribadi, ditentukan aktivitas, Pengendalian Zat Penggunaan, treatmen Prosedur, treatmen Rejimen.
Contoh Hasil NOC dengan Indikator
Pengetahuan: Kesehatan Perilaku yang dibuktikan dengan indikator berikut; Sehat gizi praktek / manfaat kegiatan dan latihan / penggunaan yang aman dari obat resep dan nonprescription (Tingkat hasil dan indikator pengetahuan, Perilaku Kesehatan, 1 pengetahuan ada, 2 pengetahuan terbatas,.. 3. Moderat pengetahuan, 4 pengetahuan substansial,. 5. pengetahuan yang luas.
Kriteria Hasil:
Klien akan:
Jelaskan keadaan penyakit, mengakui kebutuhan obat-obatan, dan memahami pengobatan.
Menjelaskan alasan untuk terapi / pengobatan pilihan
•Memasukkan pengetahuan rejimen kesehatan ke dalam gaya hidup.
Negara kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk mengelola situasi kesehatan dan tetap memegang kendali kehidupan.
Menunjukkan bagaimana melakukan prosedur yang berhubungan dengan kesehatan memuaskan.
Daftar sumber daya yang dapat digunakan untuk informasi lebih lanjut atau dukungan setelah debit.
Disarankan Intervensi NIC.
Pengajaran, Proses penyakit, individu, Fasilitasi Belajar.
Contoh Kegiatan-Pengajaran: Proses Penyakit.
Diskusikan terapi / pengobatan pilihan: menggambarkan alasan di balik manajemen / terapi / pengobatan recomendation.
Intervensi keperawatan dan rasional.
Multicultural
• Akui perbedaan ras / etnis pada awal perawatan EBN: Tampilkan hormat, akui perbedaan etnis menunjukkan sensitivitas dan kesadaran diri untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan dan mempromosikan
hasil pengobatan (karat pada al 2006).
• Menilai untuk pengaruh keyakinan budaya, norma, dan nilai-nilai pengetahuan dasar klien. EBN = keyakinan terhadap penyakit panduan perilaku kesehatan (Russels 2006).
• Kaji untuk budaya / etnis perawatan diri EBN = rakyat dan pengobatan rumah dapat berinteraksi dengan obat-obatan dan pengobatan (Russell 2006).
Home Care
Menilai untuk daerah tertentu dari pembelajaran yang memiliki potensi untuk respon emosional yang kuat oleh klien atau keluarga / pengasuh. EBN: menghadiri untuk perawatan fisik dan gagal untuk menilai untuk marabahaya di klien dan perawat keluarga dapat mempengaruhi hasil kesehatan dan kualitas hidup (madden 2006)
c.       Gangguan konsep diri berhubungan dengan tungkai melengkung, cara berjalan seperti bebek, dan deformitas vertebra.
Hasil yang diharapkan menurut NOC:
Self - Esteem, Menjadi pribadi yang baik, Penyesuaian Perubahan Hidup Psikososial
Contoh Hasil NOC dengan indicator
Self - Esteem yang dibuktikan dengan indikator berikut. Verbalizations dari self-acceptance/open komunikasi / Tingkat kepercayaan / Deskripsi kebanggaan dalam diri (Tingkat hasil dan indikator dari Self-Esteem: 1 = tidak pernah 2 = jarang positif positif, 3 = kadang-kadang positif, 4 = sering positif, 5 = positif yang konsisten
Kriteria Hasil
Klien akan:
• Kesediaan negara untuk meningkatkan konsep diri
• Kepuasan Negara dengan pikiran tentang diri, rasa kelayakan, kinerja peran, citra tubuh, dan identitas pribadi.
• Menunjukkan tindakan yang kongruen dengan perasaan dan pikiran diungkapkan
• Keyakinan Negara pada kemampuan
• Menerima kekuatan dan keterbatasan.
NIC (Nursing Intervensi Klasifikasi)
Peningkatan Harga Diri
Contoh NIC Kegiatan-Peningkatan harga diri
Dorong pasien untuk kekuatan identitas, Membantu pasien dalam menetapkan tujuan yang realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi.
Intervensi keperawatan dan Alasannya
·         Menilai dan mendukung kegiatan yang mempromosikan perkembangan konsep diri. EBN:. Sosial supprot, harga diri dan optimisme semua positif berhubungan dengan praktik kesehatan positif (Mc-Nicholas 2002).
Pediatric
·         Menilai dan memberikan rujukan ke kesehatan profesional mental untuk klien dengan kekhawatiran yang belum terselesaikan terkait dengan terorisme. EBN: The National Association of Pediatric Nurse Praktisi (NAPNAP) memulai kampanye nasional baru entitiled Jauhkan Anda childern / Diri aman dan aman (KySS). Intervensi sangat dibutuhkan untuk membantu anak dan remaja dalam menghadapi banyak stres yang berhubungan dengan tumbuh di masyarakat saat ini (Melnyk et al, 2002).
·         Memberikan program berbasis sekolah alternatif untuk ibu hamil dan pengasuh anak. EBN: perempuan yang menghadiri program ini mengembangkan hubungan erat dengan rekan-rekan mereka dan guru-guru. Banyak dari mereka mengalami keberhasilan akademik untuk pertama kalinya dan melaporkan bahwa kehamilan dan ibu yang akan datang memotivasi mereka untuk berbuat lebih baik di sekolah (Tombak, 2002)
Geriatrik
·         Mendorong klien untuk mempertimbangkan program dukungan berbasis web ketika mereka berada dalam situasi pengasuhan. EBN: mendorong klien untuk mempertimbangkan program dukungan berbasis web ketika mereka berada dalam situasi pengasuhan dalam studi perawat klien dengan stroke, para pengasuh datang bersama-sama dan memberikan dukungan satu sama lain melalui program dukungan berbasis web (Pierce, Steiner, & Govoni 2004).
·         Memberikan informasi tentang petunjuk di awal. EBN: dalam hal ini orang tua studi menyatakan bahwa waktu optimal untuk perencanaan perawatan di awal selama periode kesehatan. Mereka siap dan bersemangat untuk membahas perencanaan sebelumnya (Malcomson & Bisbee, 2009).
Multicultural
·         Hati-hati menilai setiap klien dan memungkinkan keluarga untuk berpartisipasi dalam memberikan perawatan yang diterima berdasarkan keyakinan budaya klien. EBN: hasil penelitian ini memberikan kontribusi pada pengetahuan penting tentang praktik keperawatan peka budaya. Pemahaman tentang penderitaan klien yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya tradisional membantu perawat empati berkomunikasi dengan cara yang peka budaya untuk memfasilitasi hubungan terapeutik dan hasil klinis. (Hsiao, 2006).
·         Memberikan dukungan untuk kesehatan-mempromosikan perilaku dan konsep diri untuk klien dari budaya yang berbeda. EBN: dalam sampel kenyamanan, analisis regresi menunjukkan bahwa identitas internalisasi tahap ras dan harga diri berkontribusi pada perbedaan dalam kesehatan-mempromosikan gaya hidup (johnson, 2002)
·         Menggunakan pendekatan berpusat pada keluarga untuk perawatan. EBN: melibatkan keluarga dalam perawatan nyeri manajemen meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan (Juarez, Ferrell, & Borneman.1998)
·         Menggunakan skala nyeri budaya relevan dengan nyeri menilai di klien. EBN: Klien dari budaya minoritas dapat mengekspresikan nyeri berbeda dari klien dari budaya mayoritas. The Faces Sakit Skala-Revisi terbukti lebih disukai daripada lainnya laporan diri alat nyeri Peringkat pada orang dewasa yang lebih tua minoritas (Jowers-Ware, 2006). Skala Oucher tersedia dalam cversions Amerika dan Hispanik Afrika dan digunakan untuk menilai nyeri pada anak-anak (Beyer et al, 2003). Berbagai instrumen penilaian nyeri yang tersedia untuk digunakan dengan kelompok budaya dan etnis yang berbeda-beda tetapi alat harus dievaluasi untuk reliabilitas dan validitas untuk dan lintas budaya (Davidhizar & Giger, 2004).

















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang(menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit)
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan terjadinya osteomalasia
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalahnyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah..Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya
3.2  Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan yang lebih tau tentang kesehatan dapat menerapkan hidup sehat dengan makan makanan yang bergizi dan cukup vitamin D agar tidak terjadi osteomalasia dan kita dapat menerapkannya pada masyarakat dengan memberikan contoh pada mereka serta memberitahukan pada masyarakat akibat dari kurangnya gizi terutama vitamin D agar tidak terjadi osteomalasia. 



DAFTAR PUSTAKA
Ackley Betty, Ladwig Gail.2010.Nursing Diagnostic Handbook Ninth Edition.Mosby Elseiver
Suddath Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar